Sistem Ekskresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme yang sudah terakumulasi dalam tubuh agar kesetimbangan tubuh tetap terjaga. Sistem ekskresi merupakan hal yang pokok dalam homeostasis karena sistem ekskresi tersebut membuang limbah metabolisme dan merespon terhadap ketidakseimbangan cairan tubuh dengan cara mengekskresikan ion-ion tertentu sesuai kebutuhan. Sebagian besar sistem ekskresi menghasilkan urin dengan cara menyaring filtrat yang diperoleh dari cairan tubuh. Sistem ekskresi sangat beraneka ragam, tetapi semuanya mempunyai kemiripan fungsional. Secara umum, sistem ekskresi menghasilkan urin melalui dua proses utama yaitu filtrasi cairan tubuh dan penyulingan larutan cair yang dihasilkan dari filtrasi itu. Sistem ekskresi pada hewan invertebrata sangat berbeda dengan sistem ekskresi pada hewan vertebrata. Tetapi walaupun berbeda secara fungsional tetap mengeluarkan urin dari filtrat zat-zat terlarut didalam tubuh yang tidak terpakai lagi, melalui anus ataupun kloaka dan rectum
Invertebrata
belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada
vertebrata. Pada umumnya invertebrata memiliki sistem ekskresi yang
sangat sederhana, dan sistem ini berbeda antara invertebrata satu dengan
invertebrata lain nya. Alat ekskresi pada invertebrata secara umum
berupa saluran malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium adalah tipe yang umumnya dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata. Berikut sistem eksresi pada hewan invertebrata, yaitu :
1. 1. Sistem Ekskresi pada Cacing Pipih
Proses
pengeluaran zat sisa pada cacing pipih, dilakukan melalui pembuluh
bercabang-cabang yang memanjang pada bagian samping kiri dan kanan
disepanjang tubuhnya. Setiap cabang berakhir pada sel-sel api
(solenosit) yang di lengkapi dengan silia (bulu getar) dan beberapa
flagella yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Saluran ini disebut
protonefridium. Silia pada sel api akan selalu bergerak. Akibat gerakan
silia tersebut, air atau cairan tubuh dan zat sisa yang sudah disaring
didalam sel api akan terdorong masuk ke dalam saluran ekskresi. Cairan
tubuh dan zat sisa kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui suatu lubang
yang disebut nefridiofor. Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk
kedalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem
pencernaan dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi
secara langsung dari sel ke air.
2. Proses Ekskresi pada Annelida
Cacing
tanah termasuk kedalam filum Annelida, oleh karena itu, pada setiap
segmen terdapat sepasang ginjal atau nefridium, kecuali pada tiga segmen
pertama dan segmen terakhir. Setiap nefridium memiliki dua lubang,
lubang yang pertama berupa corong yang terbuka dan bersilia yang disebut
nefrostom (dibagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain.
Nefrostom terdapat didalam rongga tubuh dan berisi penuh dengan cairan.
Cairan tubuh ditarik dan diambil oleh nefrostom, yang kemudian masuk ke
dalam nefridia yang berupa pembuluh panjang dan berliku-liku. Pada waktu
cairan tubuh mengalir mengalir melalui nefridia terjadi penyerapan
kembali zat-zat yang masih bermanfaat, seperti glukosa, air, dan
ion-ion. Kemudian zat-zat tersebut diedarkan keseluruh kapiler sistem
sirkulasi. Sedangkan sisa cairan tubuh, seperti air, senyawa nitrogen,
dan garam-garam yang tidak diperlukan oleh tubuh akan dikeluarkan
melalui ujung nefrostom yang yang berupa lubang atau nefridiofor.
3. Proses Ekskresi pada Serangga
Alat
ekskresi pada serangga disebut pembuluh malphigi. Pembuluh malphigi
merupakan tabung kecil dan panjang yang berfungsi sebagai sebagai alat
pengeluaran seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh malphigi terletak
dalam homosal dan tergenang di dalam darah. Bagian pangkal pembuluh
malphigi melekat pada ujung anterior dinding usus dan bagian ujungnya
menuju ke homosal yang mengandung hemolimfa. Hemolimfa merupakan darah
pada invertebrata dengan sistem peredaran darah terbuka. Pembuluh
malphigi pada bagian dalam tersusun oleh selapis sel epitel yang
berperan dalam pemindahan urea, limbah nitrogen, garam-garam dan air
dari hemolimfa ke dalam rongga pembuluh. Bahan-bahan yang penting dan
air masuk kedalam pembuluh, lalu diserap kembali secara osmosis di
rektum untuk diedarkan keseluruh tubuh oleh hemolimfa. Sebaliknya, bahan
yang mengandung nitrogen diendapkan sebagai kristal asam urat yang akan
dikeluarkan bersama feses melalui anus. Disamping pembuluh malphigi,
terdapat trakea yang berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa hasil
oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi sebagai paru-paru pada invertebrata.
Sedangkan
sistem hewan vertebrata sudah memiliki ginjal seperti manusia dengan
struktur yang sempurna, walaupun masih terdapat perbedaan dalam struktur
dan fungsinya. Perbedaan-perbedaan ini dapat dihubungkan dnegan
lingkungan hidup hewan tersebut. Pada vertebrata terdapat beberapa tipe
ginjal, yaitu pronefros, opistonefros, mesonefros, dan metanefros.
Berikut sistem pencernaan pada hewan vertebrata, yaitu :
1. Sistem Ekskresi pada Ikan
Alat
ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal yang memanjang (opistonefros)
dan berwarna kemerah-merahan. Pada beberapa jenis ikan, seperti ikan
mas saluran ginjal (kemih) menyatu dengan saluran kelenjar kelamin yang
disebut saluran urogenital. Saluran urogenital terletak dibelakang anus,
sedangkan pada beberapa jenis ikan yang lain memiliki kloaka. Karena
ikan hidup di air, ikan harus selalu menjaga keseimbangan tekanan
osmotiknya. Pada ikan yang bernafas dengan insang, urin dikeluarkan
melalui kloaka atau porus urogenitalis, dan karbon dioksida dikeluarkan
melalui insang. Pada ikan yang bernafas dengan paru-paru, karbon
dioksida dikeluarkan melalui paru-paru dan urin dikeluarkan melalui
kloaka. Mekanisme ekskresi pada ikan yang hidup di air tawar dan air
laut berbeda. Ikan yang hidup di air tawar mengekskresikan ammonia dan
aktif menyerap oksigen melalui insang, serta mengeluarkan urin dalam
jumlah yang besar. Sebaliknya, ikan yang hidup dilaut akan
mengekskresikan ammonia melalui urin yang jumlahnya sedikit.
2. Sistem Ekskresi pada Katak
Alat ekskresi utama pada katak adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak dikanan dan kiri tulang belakang. Warnanya merah kecoklatan, bentuknya memanjang dari depan ke belakang. Zat
sisa yang diambil oleh ginjal akan disalurkan melalui ureter menuju ke
kantong kemih yang berupa kantong berdinding tipis yang terbentuk dari
tonjolan dinding kloaka. Fungsinya untuk menyimpan urine sementara. Pada katak jantan, saluran ginjal dan saluran kelaminnya menyatu, sedangkan pada katak betina tidak.
3. Sistem Ekskresi pada Reptil
Alat
ekskresi pada reptil berupa ginjal (metanefros) yang sudah berkembang
sejak masa fase embrio. Ginjal ini dihubungkan oleh saluran ke kantung
kemih dan langsung bermuara ke kloaka. Selain ginjal, pada reptil
memiliki kelenjar kulit yang menghasilkan asam urat tertentu yang
berguna untuk mengusir musuh.
4. Sistem Ekskresi pada Aves
Alat
ekskresi pada burung terdiri dari ginjal (metanefros), paru-paru dan
kulit. Burung memiliki sepasang ginjal yang berwarna coklat. Saluran
ekskresi terdiri dari ginjal yang menyatu dengan saluran kelamin pada
bagian akhir usus (kloaka). Burung mengekskresikan zat berupa asam urat
dan garam. Kelebihan kelarutan garam akan mengalir ke rongga hidung dan
keluar melalui nares (lubang hidung). Burung hampir tidak memiliki
kelenjar kulit, tetapi memiliki kelenjar minyak yang terdapat pada
tunggingnya. Kelenjar minyak berguna untuk meminyaki bulu-bulunya.
5. Sistem Ekskresi pada Mamalia khususnya Manusia
Pada mamalia sistem ekskresinya terdiri dari ginjal, kulit hati dan paru-paru. Ginjal
adalah sepasang organ berbentuk biji kacang merah (sekitar 10 cm<
panjang nya pada manusia), yang merupakan organ utama untuk melakukan
proses ekskresi. Sedangkan paru-paru
tidak hanya berperan sebagai organ pernapasan tetapi paru-paru juga
berperan dalam sistem ekskresi sisa-sisa hasil metabolism yang berupa
karbon dioksida dan air dalam bentuk uap air. Sisa metabolisme dari
jaringan diangkut oleh darah menuju ke paru-paru untuk dibuang.Sedangkan
hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh yang terletak dibagian
kanan atas rongga perut. Hati selain berperan dalam sistem pencernaan,
juga berperan dalam sistem eksresi. Fungsi hati dalam sistem ekskresi
adalah menghasilkan empedu secara terus-menerus yang ditampung dalam
kantung empedu. Hati setiap hari menghasilkan empedu sebanyak 800-1000
ml. Empedu mengandung air, asam empedu, garam empedu, kolestrol,
fosfolipid, zat warna empedu, dan beberapa ion. Dan kulit merupakan
organ terbesar yang terdapat diseluruh permukaan tubuh dan terdiri dari
beberapa jaringan yang memiliki fungsi spesifik. Kulit berfungsi sebagai
alat pelindung tubuh terhadap segala bentuk rangsangan. Selain itu,
kulit juga berfungsi sebagai alat ekskresi, yaitu untuk mengeluarkan
keringat.
sumber: http://fadinatulnilfa.blogspot.com/2012/12/sistem-ekskresi-pada-hewan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar