1. PENGERTIAN
KEANEKARAGAMAN HAYATI
Apabila Anda mendengar kata
“Keanekaragaman”, dalam pikiran anda mungkin akan terbayang kumpulan benda yang
bermacam-macam, baik ukuran, warna, bentuk, tekstur dan sebagainya. Bayangan
tersebut memang tidak salah. Kata keanekaragaman memang untuk menggambarkan
keadaan bermacam-macam suatu benda, yang dapat terjadi akibat adanya perbedaan
dalam hal ukuran, bentuk, tekstur ataupun jumlah. Sedangkan kata “Hayati” menunjukkan sesuatu yang
hidup. Jadi keanekaragaman hayati menggambarkan bermacam-macam makhluk hidup
(organisme) penghuni biosfer. Keanekaragaman hayati disebut juga “Biodiversitas”. Keanekaragaman atau
keberagaman dari makhluk hidup dapat terjadi karena akibat adanya perbedaan
warna, ukuran, bentuk, jumlah, tekstur, penampilan dan sifat-sifat lainnya.
Sedangkan
keanekaragaman dari makhluk hidup dapat terlihat dengan adanya persamaan ciri
antara makhluk hidup. Untuk memahami konsep keseragaman dan keberagaman makhluk
hidup pergilah Anda ke halaman sekolah. Amati lingkungan sekitarnya! Anda akan
menjumpai bermacam-macam tumbuhan dan hewan. Jika Anda perhatikan
tumbuhan-tumbuhan itu, maka Anda akan menemukan tumbuhan-tumbuhan yang
berbatang tinggi, misalnya: palem, mangga, beringin, kelapa. Dan yang berbatang
rendah, misalnya: cabe, tomat, melati, mawar dan lain-lainnya. Ada tumbuhan
yang berbatang keras, dan berbatang lunak. Ada yang berdaun lebar, tetapi ada
pula yang berdaun kecil, serta bunga yang berwarna-warni. Begitu pula Anda akan
menemukan tumbuhan-tumbuhan yang memiliki kesamaan ciri seperti: tulang daun
menyirip atau sejajar, sistem perakaran tunggang atau serabut, berbiji tertutup
atau terbuka, mahkota bunga berkelipatan 3 atau 5 dan lain-lain. Begitu pula
pada hewan-hewan yang Anda temukan, terdapat hewan-hewan yang bertubuh besar
seperti kucing, sapi, kerbau, dan yang bertubuh kecil seperti semut serta kupu-kupu. Ada hewan berkaki
empat, seperti kucing. Berkaki dua seperti ayam. Berkaki banyak seperti lipan
dan luwing. Juga akan tampak burung yang memiliki bulu dan bersayap.
Di samping itu,
Anda juga akan menemukan hewan yang hidupnya di air seperti: ikan mas, lele,
ikan gurame. Dan hewan-hewan yang hidup di darat seperti kucing, burung dan
lain-lain. Ada hewan yang tubuhnya ditutupi bulu seperti burung, ayam. Ada yang
bersisik seperti ikan gurame, ikan mas, dan ada pula yang berambut seperti
kucing, kelinci dan lain-lain.
2 TINGKATAN KEANEKARAGAMAN HAYATI
2.1Keanekaragaman
Hayati Tingkat Gen
Apa yang dimaksud dengan keanekaragaman hayati tingkat gen? Untuk
menemukan jawaban ini, cobalah amati tanaman bunga mawar. Tanaman ini memiliki
bunga yang berwarna-warni, dapat berwarna merah, putih atau kuning. Atau pada
tanaman mangga, keanekaragaman dapat Anda temukan antara lain pada bentuk
buahnya, rasa, dan warnanya. Demikian
juga pada hewan. Anda dapat membandingkan ayam kampung, ayam hutan, ayam ras,
dan ayam lainnya. Anda akan melihat keanekaragaman sifat antara lain pada
bentuk dan ukuran tubuh, warna bulu dan bentuk pial (jengger).
Gambar 1. Keanekaragaman gen pada ayam
Keanekaragaman warna bunga pada tanaman
mawar. Bentuk, rasa, warna pada buah mangga, serta keanekaragaman sifat, warna
bulu dan bentuk pial pada ayam, ini semua disebabkan oleh pengaruh perangkat
pembawa sifat yang disebut dengan gen. Semua makhluk hidup dalam satu
spesies/jenis memiliki perangkat dasar penyusun gen yang sama. Gen merupakan
bagian kromosom yang mengendalikan ciri atau sifat suatu organisme yang
bersifat diturunkan dari induk/orang tua kepada keturunannya. Gen pada setiap individu, walaupun
perangkat dasar penyusunnya sama, tetapi susunannya berbeda-beda bergantung
pada masing-masing induknya. Susunan perangkat gen inilah yang menentukan ciri
atau sifat suatu individu dalam satu spesies.
Apa yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman gen? Perkawinan
antara dua individu makhluk hidup sejenis merupakan salah satu penyebabnya.
Keturunan dari hasil perkawinan memiliki susunan perangkat gen yang berasal
dari kedua induk/orang tuanya. Kombinasi susunan perangkat gen dari dua induk
tersebut akan menyebabkan keanekaragaman individu dalam satu spesies berupa
varietas-varietas (varitas) yang terjadi secara alami atau secara
buatan. Keanekaragaman yang terjadi secara alami adalah
akibat adaptasi atau penyesuaian diri setiap individu dengan lingkungan,
seperti pada rambutan. Faktor lingkungan juga turut mempengaruhi sifat yang
tampak (fenotip) suatu individu di samping ditentukan oleh faktor genetiknya
(genotip). Sedangkan keanekaragaman buatan dapat terjadi antara lain melalui
perkawinan silang (hibridisasi), seperti pada berbagai jenis mangga.
Perbedaan sifat pada jenis mangga dapat
Anda amati pada tabel berikut:
No.
|
Mangga
|
Bentuk Buah
|
Rasa
|
arima
|
1.
2. 3. |
golek
kuini gedong |
Lonjon panjang
bulat telur, besar bulat, kecil |
manis
manis lebih manis |
tidak wangi
wangi tidak wangi |
Pada manusia juga terdapat keanekaragaman gen yang
menunjukkan sifat-sifat berbeda, antara lain ukuran tubuh (besar, kecil,
sedang); warna kulit (hitam, putih, sawo matang, kuning); warna mata (biru,
hitam, coklat), serta bentuk rambut (ikal, lurus, keriting).
2.2 Keanekaragaman Hayati Tingkat Jenis
Dapatkah Anda membedakan antara tumbuhan kelapa
aren, nipah dan pinang? Atau membedakan jenis kacang-kacangan, seperti kacang
tanah, kacang buncis, kacang kapri, dan kacang hijau? Atau Anda dapat
membedakan kelompok hewan antara kucing,harimau, singa dan citah? Jika hal ini
dapat Anda bedakan dengan benar, maka paling tidak sedikitnya anda telah
mengetahui tentang keanekaragaman jenis. Untuk mengetahui keanekaragaman hayati tingkat
jenis pada tumbuhan atau hewan, anda dapat mengamati, antara lain ciri-ciri
fisiknya. Misalnya bentuk dan ukuran tubuh,warna, kebiasaan hidup dan
lain-lain.
Contoh, dalam keluarga kacang-kacangan,
antara lain; kacang tanah, kacang kapri, kacang hijau dan kacang buncis. Di
antara jenis kacang-kacangan tersebut Anda dapat dengan mudah membedakannya,
karena antara mereka ditemukan ciri-ciri yang berbeda antara ciri satu dengan
yang lainnya. Misalnya ukuran tubuh atau batang (ada yang tinggi dan pendek);
kebiasaan hidup (tumbuh tegak, ada yang merambat), bentuk buah dan biji, warna
biji, jumlah biji, serta rasanya yang berbeda.
Gambar 2. Keanekaragaman jenis pada
kacang-kacangan
Contoh lain, keanekaragaman pada keluarga kucing.
Di kebun binatang, Anda dapat mengamati hewan harimau, singa, citah dan kucing.
Gambar 2. Keanek ragaman jenis pada hewan (a)
harimau, (b) singan, (c) kucing dan (d) citah.
Walaupun hewan-hewan tersebut termasuk
dalam satu familia/suku Felidae, tetapi diantara mereka terdapat
perbedaan-perbedaan sifat yang mencolok. Misalnya, perbedaan warna bulu, tipe
lorengnya, ukuran tubuh, tingkah laku, serta lingkungan hidupnya.
Cobalah Anda perhatikan perbedaan sifat dari hewan
berikut ini :
No.
|
Ciri-ciri
|
Kucing
|
Harimau
|
Singa
|
Citah
|
1.
2. 3. |
Ukuran tubuh
Warna bulu Tempat hidup |
Kecil
Hitam, putih, kuning Hutan, rumah |
Besar
Hitam, putih, kuning Hutan |
Besar
Hitam, putih, kuning Hutan |
Sedang
Hitam/ putih Pohon |
Demikian pula pada kelompok tumbuhan yang tumbuh
di dataran tinggi dan dataran rendah akan memperlihatkan perbedaan-perbedaan
sifat pada tinggi batang, daun dan bunga. Contohnya kelapa, aren, pinang, dan
lontar, seperti tampak pada tabel pengamatan berikut ini.
No
|
Ciri-ciri
|
Kelapa
|
Aren
|
Pinang
|
Lontar
|
1.
|
Tinggi Batang
|
>30m
|
25m
|
25
|
15-30m
|
2.
|
Daun
|
-Panjangtangkai daun 75-150cm
-Helaian daun 5m, ujungruncing dan keras |
-Panjang tangkai daun 150cm
|
Tangkai daun pendek
|
-Panjang tangkai daun 100cm
-Helaian daun bulat, tepi daun bercangap menjari |
3.
|
Bunga
|
Tongkol
|
Tongkol
|
Tongkol
|
Bulir
|
Gambar 2. Keanekaragaman pada suku Palmae
Dari contoh-contoh di atas, Anda dapat
mengetahui ada perbedaan atau variasi sifat pada kucing, harimau, singa dan
citah yang termasuk dalam familia/suku Felidae. Variasi pada suku Felidae ini
menunjukkan keanekaragaman pada tingkat jenis. Hal yang sama terdapat juga pada tanaman kelapa,
aren, pinang, dan lontar yang termasuk suku Palmae atau Arecaceae.
Di lingkungan manapun Anda di muka bumi ini, maka
Anda akan menemukan makhluk hidup lain selain Anda. Semua makhluk hidup
berinteraksi atau berhubungan erat dengan lingkungan tempat hidupnya. Lingkungan hidup meliputi komponen biotik dan komponen abiotik.
Komponen biotik meliputi berbagai jenis makhluk hidup mulai yang bersel satu
(uni seluler) sampai makhluk hidup bersel banyak (multi seluler) yang dapat
dilihat langsung oleh kita. Komponen abiotik meliputi iklim, cahaya, batuan,
air, tanah, dan kelembaban. Ini semua disebut faktor fisik. Selain faktor
fisik, ada faktor kimia, seperti salinitas (kadar garam), tingkat keasaman, dan
kandungan mineral. Baik
komponen biotik maupun komponen abiotik sangat beragam atau bervariasi. Oleh
karena itu, ekosistem yang merupakan interaksi antara komponen biotik dengan
komponen abiotik pun bervariasi pula.
Didalam ekosistem, seluruh makhluk hidup yang terdapat di
dalamnya selalu melakukan hubungan timbal balik, baik antar makhluk hidup
maupun makhluk hidup dengan lingkungnnya atau komponen abiotiknya. Hubungan
timbal balik ini menimbulkan keserasian hidup di dalam suatu ekosistem. Apa
yang menyebabkan terjadinya keanekaragaman tingkat ekosistem? Perbedaan letak
geografis antara lain merupakan faktor yang menimbulkan berbagai bentuk
ekosistem.
Gambar 2. Keanekaragaman ekosistem (a) padang
rumput (b) padang tundra (c) gurun pasir
Perbedaan letak geografis menyebabkan perbedaan
iklim. Perbedaan iklim menyebabkan terjadinya perbedaan temperature, curah
hujan, intensitas cahaya matahari, dan lamanya penyinaran. Keadaan ini akan
berpengaruh terhadap jenis-jenis flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang
menempati suatu daerah. Di
daerah dingin terdapat bioma Tundra. Di tempat ini tidak ada pohon, yang tumbuh
hanya jenis lumut. Hewan yang dapat hidup, antara lain rusa kutub dan beruang
kutub. Di daerah beriklim sedang terdpat bioma Taiga. Jenis tumbuhan yang
paling sesuai untuk daerah ini adalah tumbuhan conifer, dan fauna/hewannya
antara lain anjing hutan, dan rusa kutub.
Pada iklim tropis terdapat hutan hujan
tropis. Hutan hujan tropis memiliki flora (tumbuhan) dan fauna (hewan) yang
sangat kaya dan beraneka ragam. Keanekaragaman jenis-jenis flora dan fauna yang
menempati suatu daerah akan membentuk ekosistem yang berbeda. Maka terbentuklah
keanekaragaman tingkat ekosistem. Totalitas variasi gen, jenis dan ekosistem menunjukkan terdapat pelbagai
variasi bentuk, penampakan, frekwensi, ukuran dan sifat lainnya pada tingkat
yang berbeda-beda merupakan keanekaragaman hayati.Keanekaragaman hayati berkembang dari keanekaragaman tingkat gen,
keanekaragaman tingkat jenis dan keanekaragaman tingkat ekosistem.
Keanekaragaman hayati perlu dilestarikan karena didalamnya terdapat sejumlah
spesies asli sebagai bahan mentah perakitan varietas-varietas unggul.
Kelestarian keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem akan terganggu bila ada
komponen-komponennya yang mengalami gangguan.
Gangguan-gangguan terhadap
komponen-komponen ekosistem tersebut dapat menimbulkan perubahan pada tatanan
ekosistemnya. Besar atau kecilnya gangguan terhadap ekosistem dapat merubah
wujud ekosistem secara perlahan-lahan atau secara cepat pula. Contoh-contoh
gangguan ekosistem , antara lain penebangan pohon di hutan-hutan secara liar dan
perburuan hewan secara liar dapat mengganggu keseimbangan ekosistem. Gangguan
tersebut secara perlahan-lahan dapat merubah ekosistem sekaligus mempengaruhi
keanekaragaman tingkat ekosistem. Bencana tanah longsor atau letusan gunung
berapi, bahkan dapat memusnahkan ekosistem. Tentu juga akan memusnahkan
keanekaragaman tingkat ekosistem. Demikian halnya dengan bencana tsunami.
3. KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA
Indonesia merupakan salah satu dari
tiga negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Dua negara lainnya
adalah Brasil dan Zaire. Tetapi dibandingkan dengan Brazil dan Zaire, Indonesia
memiliki keunikan tersendiri. Keunikannya adalah di samping memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia memiliki areal tipe indo-malaya yang
luas, juga tipe oriental, australia, dan peralihannya. Selain itu, di Indonesia
terdapat banyak hewan dan tumbuhan langka, serta spesies endemik.
3.1 Memiliki Keanekaragaman
Hayati Tinggi
Indonesia terletak di
daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan
dengan daerah subtropik (iklim sedang) dan kutub (iklim kutub). Keanekaragaman
tinggi di Indonesia dapat dijumpai di dalam lingkungan hutan tropik. Jika di
hutan iklim sedang dijumpai satu atau dua jenis pohon, maka di areal yang sama
di dalam hutan hujan tropik memiliki keanekaragaman hayati sekitar 300 kali
lebih besar dibandingkan dengan hutan iklim sedang.
Didalam hutan hujan tropik
terdapat berbagai jenis tumbuhan (flora) dan fauna yang belum dimanfaatkan,
atau masih liar. Di dalam tubuh hewan dan tumbuhan itu tersimpan sifat-sifat
unggul, yang mungkin dapat dimanfaatkan di masa mendatang. Sifat-sifat unggul
itu misalnya tumbuhan yang tahan penyakit, tahan kekeringan, dan tahan terhadap
kadar garam yang tinggi. Ada pula yang memiliki sifat menghasilkan bahan kimia
beracun. Jadi, di dalam dunia hewan dan tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan
maupun belum, terdapat sifat-sifat unggul yang perlu dilestarikan.
3.2. Memiliki Tumbuhan Tipe Indo-Malaya yang Arealnya Luas
Tumbuhan di Indonesia
merupakan bagian dari daerah geografi tumbuhan indo-malaya, seperti yang
dinyatakan oleh Ronald D. Good dalam bukunya The Geography of Flowering Plants.
Flora indo-malaya meliputi tumbuhan yang hidup di India, Vietnam, Thailand,
Malaysia, Indonesia, dan Philipina. Flora yang tumbuh di Malaysia, Indonesia,
dan Philipina sering disebut sebagai kelompok flora malenesia.
MengapaMalaysia,Indonesia,
dan Philipina memiliki rumpun tumbuhan bunga yang sama? Hal ini dipengaruhi
oleh sejarah pembentukan daratan (geologi), kondisi iklim yang serupa
(sama-sama beriklim tropis), ketinggian topografi yang serupa, dan kondisi
fisika dan kimia tanah yang serupa pula.Hutan di Indonesia dan hutan-hutan di
daerah flora malenesia memiliki kurang lebih 248.000 spesies tumbuhan tinggi.
Jumlah ini kira-kira setengah dari seluruh spesies tumbuhan di bumi. Hutan
hujan tropik di malenesia didominasi oleh pohon dari famili Dipterocarpaceae,
yaitu pohon-pohon yang menghasilkan biji bersayap. Biasanya Dipterocarceae merupakan
tumbuhan tertinggi. Tumbuhan yang termasuk famili Dipterocarpaceae misalnya
keruing (dipterocarus spp.), meranti (Shorea spp.), kayu garu (Gonystylus
bancanus), dan kayu kapur (Dyrobalanops aromatica).
Hutan di Indonesia
merupakan bioma hutan hujan tropik, dicirikan dengan kanopi yang rapat dan
banyak tumbuhan liana (tumbuhan yang memanjat). Tumbuhan khas seperti durian
(Durio zibethinus), mangga (Mangifera indica), dan sukun (Artocarpus) di
Indonesia tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi.
Tumbuhan-tumbuhan ini juga terdapat di Malaysia dan Philipina. Di Sumatra,
Kalimantan, dan Jawa terdapat tumbuhan endemik Rafflesia arnoldii. Tumbuhan
Rafflesia tumbuh di akar atau batang tumbuhan pemanjat sejenis anggur liar, yaitu Telrastigma.
Di Indonesia bagian timur, tipe hutannya agak berbeda. Mulai dari Sulawesi sampai Irian Jaya (Papua) terdapat hutan hujan non-Dipterocarpaceae. Hutan ini kebanyakan menduduki lahan datar. Pohon-pohonnya rendah, hanya beberapa yang mencapai 30-40 m, Di antaranya adalah Ficus (kerabat beringin) dan matoa (Pometia pumata). Pohon matoa merupakan tumbuhan endemik di Irian. Namun kini bibit buahnya telah diintroduksi ke beberapa tempat di Pulau Jawa dan telah berbuah.
Selain hutan-hutan di atas, di Indonesia masih terdapat beberapa tipe hutan lain misalnya, hutan kerangas yang terdapat di sela-sela hutan hujan. Disini terdapat pohon yang mencapai 30 m. Hutan monsun tersebar pada ketinggian 0 sampai 800 m di daerah kering seperti Jawa Timur, NTT, Sulawesi Selatan dan Tenggara serta Irian Jaya (Papua). Di sini pohon dapat mencapai ketinggian 25 m. Di tempat-tempat tersebut terdapat pula hutan savana, yang berupa padang rumput dengan pepohonan yang terpencar.
Di Indonesia bagian timur, tipe hutannya agak berbeda. Mulai dari Sulawesi sampai Irian Jaya (Papua) terdapat hutan hujan non-Dipterocarpaceae. Hutan ini kebanyakan menduduki lahan datar. Pohon-pohonnya rendah, hanya beberapa yang mencapai 30-40 m, Di antaranya adalah Ficus (kerabat beringin) dan matoa (Pometia pumata). Pohon matoa merupakan tumbuhan endemik di Irian. Namun kini bibit buahnya telah diintroduksi ke beberapa tempat di Pulau Jawa dan telah berbuah.
Selain hutan-hutan di atas, di Indonesia masih terdapat beberapa tipe hutan lain misalnya, hutan kerangas yang terdapat di sela-sela hutan hujan. Disini terdapat pohon yang mencapai 30 m. Hutan monsun tersebar pada ketinggian 0 sampai 800 m di daerah kering seperti Jawa Timur, NTT, Sulawesi Selatan dan Tenggara serta Irian Jaya (Papua). Di sini pohon dapat mencapai ketinggian 25 m. Di tempat-tempat tersebut terdapat pula hutan savana, yang berupa padang rumput dengan pepohonan yang terpencar.
3.3. Memiliki Hewan Tipe
Oriental (Asia), Australia, Serta Perlalihannya
Ketika Alfred Russel
Wallace mengunjungi Indonesia pada tahun 1856, ia menemukan perbedaan besar
fauna di beberapa daerah di Indonesia (waktu itu Hindia Belanda). Ketika ia
mengunjungi Bali dan Lombok, ia menemukan perbedaan hewan di kedua daerah tersebut.
Di Bali, terdapat banyak hewan yang mirip dengan hewan-hewan yang mirip
hewan-hewan Asia (Oriental), sedangkan di Lombok hewan-hewannya mirip dengan
Australia. Oleh sebab itu, kemudian ia membuat garis pemisah yang memanjang
mulai dari Selat Lombok ke Utara melewati Selat Makasar dan Philipina Selatan.
Garis ini disebut Garis Wallace. Indonesia
terbagi menjadi dua zoogeografi yang dibatasi oleh Garis Wallace. Garis Wallace
membelah Selat Makasar menuju ke Selatan hingga ke Selat Lombok. Jadi, Garis
Wallace memisahkan wilayah oriental (termasuk Sumatera, Jawa, Bali, dan
Kalimantan) dengan wilayah Australia (Sulawesi, Irian, Maluku, Nusa Tenggara
Barat dan Timur).
Setelah Wallace, Weber
seorang ahli zoologi Jerman juga mengadakan penelitian tentang penyebaran
hewan-hewan di Indonesia. Weber melihat bahwa hewan-hewan di Sulawesi tidak
dapat sepenuhnya dikelompokkan sebagai hewan-hewan kelompok Australia.
Hewan-hewan tersebut ada yang memiliki sifat-sifat seperti halnya hewan-hewan
di daerah Oriental. Oleh sebab itu, Weber mengatakan bahwa fauna di Sulawesi
merupakan fauna peralihan. Weber kemudian membuat garis pembatas yang berada di
sebelah timur Sulawesi memanjang ke Utara ke Kepulauan Aru. Pulau Sulawesi
merupakan pulau pembatas antara wilayah Oriental dan Australia atau merupakan
wilayah peralihan yang paling mencolok. Sulawesi dihuni oleh sebagian hewan
Oriental dan sebagian hewan Australia. Contohnya di Sulawesi terdapat oposum
dari Australia namun juga terdapat kera macaca dari Oriental.
Ø Fauna Daerah Oriental
Hewan-hewan di bagian barat Indonesia (Oriental) yang meliputi
Sumatera, Jawa dan Kalimantan, serta pulau-pulaunya memiliki ciri-ciri sebagai
berikut.
1).Banyak spesies mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau,badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
2). Terdapat berbagai macam kera. Kalimantan merupakan pulau yang paling kaya kan jenis-jenis primata. Ada tiga jenis primata, misalnya bekantan, tarsius, loris hantu, orang utan.
3). Terdapat hewan endemik, seperti:
1).Banyak spesies mamalia yang berukuran besar, misalnya gajah, banteng, harimau,badak. Mamalia berkantung jumlahnya sedikit, bahkan hampir tidak ada.
2). Terdapat berbagai macam kera. Kalimantan merupakan pulau yang paling kaya kan jenis-jenis primata. Ada tiga jenis primata, misalnya bekantan, tarsius, loris hantu, orang utan.
3). Terdapat hewan endemik, seperti:
- Badak bercula satu di Ujung Kulon
- Binturong (Arctictis binturong), hewan sebangsa beruang tapi kecil
- Monyet Presbytis thomasi
- Tarsius (Tarsius bancanus)
- Kukang (Mycticebus coucang)
4). Burung-burung Oriental memiliki warna yang kurang menarik dibanding
burung-burung di daerah Australia, tetapi dapat berkicau. Burung-burung yang
endemik misalnya jalak bali (Leucopsar rothschildi), elang jawa, murai
mengkilat (Myophoneus melurunus), elang putih (Mycrohyerax latifrons), ayam
hutan berdada merah (Arborphila hyperithra), ayam pegar.
Ø Fauna Daerah Australia
Jenis-jenis hewan di Indonesia bagian
Timur, yaitu Irian, Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, relatif sama dengan
Australia. Ciri-ciri hewan di Indonesia bagian Timur adalah:
1).Mamalia berukuran kecil
2).Banyak hewan berkantung
3).Tidak terdapat spesies kera
4).Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam
1).Mamalia berukuran kecil
2).Banyak hewan berkantung
3).Tidak terdapat spesies kera
4).Jenis-jenis burung memiliki warna yang beragam
Irian Jaya memiliki 110 spesies mamalia, termasuk di dalamnya 13
spesies mamalia berkantung, misalnya kanguru (Dendrolagus ursinus dan
Dendrolagus inustus), kuskus (Spilocus maculatus), bandicot, dan oposum. Di
Irian juga terdapat 27 spesies hewan pengerat (rodentia), dan 17 di antaranya
merupakan spesies endemik. Irian Jaya memiliki koleksi burung terbanyak
dibandingkan dengan pulau-pulau lain di Indonesia, kira-kira ada 320 jenis, dan
setengah di antaranya merupakan spesies endemik. Burung cendrawasih yang
terkenal terdapat di Irian dan beberapa pulaudiMaluku.
Di Nusa Tenggara,
terutama di pulau Komodo, Padar, dan Rinca terdapat reptilia terbesar, yaitu
komodo. Komodo merupakan reptilia purba yang bertahan hidup hingga kini. Sulawesi merupakan daerah peralihan yang
mencolok menurut garis Weber. Hewan-hewan yang terdapat di pulau itu berasal
dari oriental dan Australia. Di Sulawesi terdapat banyak hewan endemik,
misalnya primata primitif Tarsius sectrum, musang sulawesi (Macrogalida
musschenbroecki), babirusa, anoa, maleo, dan beberapa jenis kupu-kupu.
3.4.Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Langka
Di Indonesia banyak terdapat hewan dan tumbuhan yang telah langka.
Hewan langka misalnya:
- Babirusa (Babyrousa babyrussa)
- Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
- Harimau jawa (Panthera tigris sondanicus)
- Macan kumbang (Panthera pardus)
- Orangutan (Pongo pygmaeus abelii)
- Badak sumatera (Decerorhinus sumatrensis)
- Tapir (Tapirus indicus)
- Gajah asia (Elephas maximus)
- Bekantan (Nasalis larvatus)
- Komodo (Varanus komodoensis)
- Banteng (Bos sondaicus)
- Cendrawasih (Paradisaea minor)
- Kanguru pohon (Dendrolagus ursinus)
- Maleo (Marcochephalon maleo)
- Kakatua raja (Probosciger atterimus)
- Rangkong (Buceros rhinoceros)
- Kasuari (Casuarius casuarius)
- Buaya muara (Crocodylus porosus)
- Buaya irian (Crocodylus novaeguinae)
- Penyu tempayan (Caretta caretta)
- Penyu hijau (Chelonia mydas)
- Sanca bodo (Phyton molurus)
- Sanca hijau (Chondrophyton viridis)
- Bunglon sisir (Gonyochepalus dilophus)
Tumbuh-tumbuhan langka misalnya:
- Bedali (Radermachera gigantea)
- Putat (Planhonia valida)
- Kepuh (Stereula foetida)
- Bungur (Lagerstromia speciosa)
- Nangka celeng (Artocarpus heterophyllus)
- Kluwak (Pangium edule)
- Bendo (Artocarpus elasticus)
- Mundu (Garcinia dulcis)
- Sawo kecik (Manilkara kauki)
- Winong (Tertrameles nudiflora)
- Sanca hijau (Pterospermum javanicum)
- Gandaria (Bouea marcophylla)
- Matoa (Pometis pinnata)
- Sukun berbiji (Artocarpus commun
3.5. Memiliki Banyak Hewan dan Tumbuhan Endemik
Di Indonesia terdapat hewan
dan tumbuhan endemik. Hewan dan tumbuhan endemik Indonesia artinya hewan dan
tumbuhan itu haya ada di Indonesia, tidak terdapat di negara lain. Hewan endemik misalnya harimau jawa, harimau bali (sudah punah),
jalak bali putih di Bali, badak bercula satu di Ujung Kulon, biturong, monyet
Presbytis thomasi, tarsius, kukang, maleo hanya di Sulawesi, komodo di Pulau
Komododansekitarnya.
Tumbuhan yang endemik
terutama dari genus Rafflesia arnoldii (endemik di Sumatera Barat, Bengkulu,
dan Aceh), R. borneensis (Kalimantan), R. ciliata (Kalimantan Timur), R.
horsfilldii (Jawa), R. patma (Nusa Kambangan dan Pangandaran), R. rochussenii
(Jawa Barat), dan R. contleyi (Sumatera bagian timur).
4. KEANEKARAGAMAN HAYATI DI DUNIA
Kehadiran makhluk hidup
ditentukan oleh faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat dibedakan sebagai
kondisi dan sumber daya. Kondisi adalah suatu faktor yang besarannya dapat
diukur dan tidak habis jika digunakan oleh organisme. Contoh kondisi adalah
suhu, intensitas cahaya, curah hujan, dan radiasi matahari. Sedangkan sumber
daya adalah faktor lingkungan yang habis ketersediaanya bila sudah digunakan,
misalnya makanan dan ruang (tempat tinggal).
Matahari adalah sumber
energi utama untuk kehidupan di bumi. Jumlah sinar matahari yang diterima oleh
permukaan bumi menentukan penyebaran makhluk hidup. Karena permukaan bumi bulat
maka setiap tempat di permukaan bumi mendapatkan sinar matahari dengan jumlah
yang berbeda-beda. Akibatnya suhu di berbagai tempat di permukaan bumi
berbeda-beda. Berdasarkan letak terhadap garis lintang, maka bumi
dibagidalambeberapadaerahiklimsebagaiberikut.
a). Daerah tropik berada di antara 23,50 LU dan 23,50
LS. Daerah ini hanya memiliki dua musim.
b). Daerah iklim sedang (subtropik) berada di antara 23,50
dan 660. Daerah ini memiliki empat musim, yaitu panas, gugur, seni,
dan dingin (salju).
c). Daerah kutub (artik) berada pada
garis lintang lebih dari 660.
d). Daerah peralihan antara subtropik
dan kutub (subartik).
Faktor lingkungan penting
yang mempengaruhi kehadiran dan penyebaran oraganisme adalah suhu. Variasi suhu
lingkungan menentuakn proses kehidupan, penyebaran dan kelimpahan organisme.
Variasi suhu lingkungan alami dapat bersifat siklik (misalnya musiman, harian).
Hal ini berkaitan dengan letak tempat di garis lintang (latitudinal), atau
ketinggian di permukaan laut (altitudinal). Variasi suhu berdasarkan garis
lintang berkaitan dengan variasi musim yang disebabkan oleh posisi poros bumi
terhadap matahari.Interaksi antara suhu, kelembapan, angin, altitudinal,
latitudinal, dan topografi menghasilkan daerah iklim yang luas yang dinamakan
bioma. Setiap bioma memiliki hewan dan tumbuhan tertentu yang khas. Beberapa
bioma di bumi antara lain tundra, taiga, hutan gugur, hutan hujan tropik,
padang rumput, dan gurun.
4.1. Tundra
Tundra terdapat di lingkungan kutub
utara dan kutub selatan, Green Land, Siberia utara. Daerah ini beriklim kutub,
sehingga selalu tertutup salju. Tumbuhan yang ada terutama adalah lumut
Sphagnum dan lumut kerak. Tumbuhan tahunan hampir tidak ada. Tumbuhan semusim
berumur pendek dan berbunga serempak pada musim panas, serta memiliki biji-biji
yang dorman selama musim dingin. Hewan-hewan yang ada adalah beruang kutub, serigala
kutub, reinder, dan caribou bull (sebangsa rusa). Di bioma tundra juga terdapat
burung yang umumnya membuat sarang pada musim panas. Burung ini adalah burung
migran (berasal dari daerah lain).
4.2 Taiga
Taiga terdapat di antara
daerah subtropik dan kutub, misalnya di Rusia dan Eropa Utara, Kanada, dan
Alaska. Jadi, taiga terletak di sebelah selatan tundra. Tumbuhan khas yang ada
di taiga adalah konifer atau tumbuhan berdaun jarum (pohon spruce, alder, dan
birch), yang hijau sepanjang tahun. Taiga juga sering disebut sebagai hutan
boreal. Seperti pada bioma tundra, di taiga juga sangat dingin pada musim
salju, tetapi musim panasnya lebih lama. Hewan yang ada adalah beruang hitam
dan serigala.
4.3 Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat di
daerah subtropik di Eropa Barat, Korea, Jepang utara, dan Amerika Timur. Bioma
ini memiliki curah hujan 75 – 100 cm per tahun, memiliki empat musim. Tumbuhan
yang ada terutama mapel, oak, beech, yang selalu menggugurkan daunnya pada
musim gugur. Hewan-hewan yang umum adalah rusa, beruang, dan rubah.
4.4 Hutan Hujan Tropik
Bioma ini berada di daerah
tropik, yaitu di Indonesia, India, Thailand, Brazil, Kenya, Costa Rica, dan
Malaysia. Curah hujan tinggi yaitu 200 – 255 cm per tahun, matahari bersinar
sepanjang tahun. Jenis tumbuhan sangat banyak dan komunitasnya sangat kompleks.
Tumbuhan tumbuh dengan subur, tinggi, serta banyak cabang dengan daun yang
lebat sehingga membentuk tudung atau kanopi. Tumbuhan khas adalah kelompok
liana, yaitu tumbuhan yang merambat, misalnya rotan, dan tumbuhan epifit yaitu
tumbuhan yang menempel pada tumbuhan lain, misalnya anggrek. Binatang yang
menghuni hutan hujan tropik adalah berbagai macam burung, kera, babi hutan,
tupai, macan, gajah, dan rusa.
4.5 Padang Rumput
Padang rumput banyak
terdapat di Nusa tenggara, Amerika Serikat bagian Tengah, Afrika Tengah dan
Selatan, serta Eropa Timur. Bioma ini curah hujannya rendah yaitu 25 -30 cm per
tahun. Tumbuhan utama adalah rumput-rumputan. Hewannya meliputi bison, zebra,
kanguru, jerapah, kijang, singa, serigala, jaguar, binatang pengerat, reptilia,
dan beberapa burung. Padang rumput di daerah tropik disebut sebagai savana.
4.6 Gurun
Bioma gurun terdapat di
Asia Kecil, Afrika utara, Chima, Mongolia, dan Amerika Barat. Curah hujan
sangat rendah kurang lebih 25 cm per tahun, suhu sangat tinggi di siang hari
dan sangat rendah di malam hari, kelembapan udara rendah, tanahnya tandus.
Tumbuhannya terutama kaktus, dan tumbuhan efemera (tumbuhan yang pada waktu
hujan cepat tumbuh, cepat berbunga dan memiliki biji yang dorman). Hewan yang
ada adalah unta, tikus, ular, kadal, dan semut.
4.7 Bioma Berdasarkan Altitudinal
Telah diuraikan bahwa
permukaan bumi berdasarkan latitudinal dapat dibedakan menjadi daerah tropik,
subtropik, dan kutub. Masing-masing daerah tersebut memiliki jenis organisme
dan keanekaragaman yang berbeda. Di daerah peralihan antara subtropik dan kutub
terdapat hutan taiga yang terdiri dari tumbuhan berdaun jarum dan di daerah
kutub terdapat tundra.Gambaran penyebaran bioma secara horizontal (berdasarkan
latitudinal atau garis lintang) ternyata mirip dengan gambaran penyebaran
secara vertikal (berdasarkan tinggi di atas permukaan laut atau altitudinal). Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa
memiliki penyebaran vertikal yang mirip dengan pola penyebaran horizontal di
atas. Pola penyebaran vertikal ini dimulai dari wilayah pantai hingga ke puncak
Jayawijaya di Irian Jaya (Papua), yaitu hutan hujan tropik, hutan gugur, taiga,
dan di puncak gunung bersalju Jayawijaya terdapat tundra.
4.8 Bioma Air Tawar
Ekosistem air tawar
memiliki kadar garam rendah. Air tawar memiliki kemampuan menyerap panas dari
cahaya matahari sehingga perubahan suhu tidak terlalu besar. Berdasarkan ada
tidaknya arus, ekosistem air tawar dibedakan menjadi ekosistem lentik (air
tidak mengalir) misalnya danau, kolam, rawa, serta ekosistem lotik (air
mengalir) misalnyasungai.Tumbuhan yang menghuni lingkungan perairan tawar
meliputi tumbuhan yang berukuran besar (makrohidrofita) serta tumbuhan yang
berukuran kecil, yaitu ganggang. Tumbuhan biji di ekosistem air tawar misalnya
teratai dan eceng gondok. Sedangkan tumbuhan yang berukuran mikroskopik
misalnya ganggang biru, ganggang hijau, dan diatomae. Hewan yang menghuni air
tawar adalah udang-udangan, ikan, dan serangga.
4.8.1 Organisme Air Tawar
Berdasarkan cara hidupnya, organisme
yang hidup di air dapat dibedakan menjadisebagai berikut.
a). Plankton, yaitu organisme yang berukuran mikroskopik yang hidup
melayang-layang dalam air. Plankton dibedakan atas fitoplankton (plankton tumbuhan),
zooplankton (plankton hewan), dan bakterioplankton (bakteri).
b). Nekton, yaitu organisme yang hidup berenang di dalam air. Misalnya ikan.
c). Neuston, yaitu organisme yang hidupnya berada di atas permukaan air.
d).Bentos, yaitu organisme yang hidup di dasar perairan. Bentos umumnya berfungsi sebagai penghancur (dekomposer), misalnya cacing, moluska, dan beberapa larva serangga.
e). Perifiton, yaitu organisme yang melekat pada batang, akar, dan daun tumbuhan air atau pada benda-benda lain di air.
b). Nekton, yaitu organisme yang hidup berenang di dalam air. Misalnya ikan.
c). Neuston, yaitu organisme yang hidupnya berada di atas permukaan air.
d).Bentos, yaitu organisme yang hidup di dasar perairan. Bentos umumnya berfungsi sebagai penghancur (dekomposer), misalnya cacing, moluska, dan beberapa larva serangga.
e). Perifiton, yaitu organisme yang melekat pada batang, akar, dan daun tumbuhan air atau pada benda-benda lain di air.
4.8.2 Pembagian Bioma Air Tawar
Secara fisik bioma air tawar dibagi menjadi beberapa daerah, yaitu
litoral, limnetik, dan profundal.
a).Litoral merupakan daerah air yang dangkal sehingga cahaya matahari dapat menembus sampai dasar. Organisme yang hidup adalah zooplankton, fitoplankton, dan hewan bentos.
b).Limnetik merupakan daerah yang tebuka dan dapat ditembus cahaya matahari. Organisme yang hidup adalah zooplankton, fitoplankton, nekton, dan neuston.
c). Profundal merupakan daerah yang tidak dapat ditembus olah cahaya matahari.
a).Litoral merupakan daerah air yang dangkal sehingga cahaya matahari dapat menembus sampai dasar. Organisme yang hidup adalah zooplankton, fitoplankton, dan hewan bentos.
b).Limnetik merupakan daerah yang tebuka dan dapat ditembus cahaya matahari. Organisme yang hidup adalah zooplankton, fitoplankton, nekton, dan neuston.
c). Profundal merupakan daerah yang tidak dapat ditembus olah cahaya matahari.
Habitat air tawar memiliki
kadar garam yang lebih rendah daripada sel-sel organisme yang ada di habitat
ini. Dengan demikian, tekanan osmosis air tawar lebih rendah dibandingkan
dengan tekanan osmosis sel-sel organisme air tawar. Akibat perbedaan tekanan
osmosis tersebut maka hewan air tawar, misalnya ikan, terus-menerus kemasukan
air. Untuk mengatasi hal tersebut, ikan beradaptasi dengan mengeluarkan banyak
urin dan mengabsorbsi garam-garaman melalui insangnya.
4.9 Bioma Air Laut
Bioma air laut luasnya
lebih dari dua pertiga permukaan bumi. Bioma air laut kurang terpengaruh oleh
perubahan iklim dan cuaca. Ciri khas air laut adalah mempunyai kadar garam yang
tinggi. Kadar garam rata-rata air laut adalah 35 ppm (part per million). Di
daerah khatulistiwa kadar garamnya lebih tinggi daripada di daerah yang jauh
dari khatulistiwa.Organisme laut memiliki pola adaptasi terhadap tekanan
osmosis sir laut yang tinggi dengan cara yang berlawanan dengan organisme air
tawar.
Ikan laut misalnya,
mengatasi kekurangan cairan akibat keluarnya cairan tubuh secara osmosis,
dengan cara bayak minum air, sedikit mengeluarkan urin dan mengekskresikan
garam-garaman melalui insang.Suhu air di permukaan lebih tinggi daripada di bagian dalam,
karena permukaan menyerap panas dari cahaya matahari. Perbedaan ini menyebabkan
air yang ada di permukaan tidak dapat bercampur dengan air yang ada di lapisan
bawahnya. Ini disebabkan air yang suhunya lebih dingin memiliki massa jenis
yang lebih besar. Di antara kedua lapisan air yang dingin dan lapisan yang
hangat itu terdapat lapisan termoklin.
4.9.1 Pembagian Bioma Air Laut
Sampai berapa dalamkah cahaya matahari
dapat menembus laut? Hal ini tergantung pada kejernihan air dan letak
geografinya. Laipsan air yang dapat ditembus oleh cahaya disebut daerah fotik.
Kedalaman daerah fotik kira-kira sampai kedalaman 200 m daerah yang tidak dapatditembuscahayamataharidisebutdaerahafotik.Sebagaimana pada
ekosistem air tawar, ekosistem laut pun dibagi menjadi beberapa daerah berdasarkan kedalamannya, yaitu sebagai berikut.
a).Daerah litoral, yaitu daerah laut yang berbatasan dengan daratan. Daerah litoral dapat ditembusolehcahayamataharisampaikedasar.
b).Daerah neritik, merupakan daerah laut dangkal sampai pada kedalaman 200 m.
c).Daerah batial, yaitu daerah dengan kedalaman 200-300 m.
d). Daerah abisal, yaitu daerah yang kedalamannya lebih dari 2000 m.
a).Daerah litoral, yaitu daerah laut yang berbatasan dengan daratan. Daerah litoral dapat ditembusolehcahayamataharisampaikedasar.
b).Daerah neritik, merupakan daerah laut dangkal sampai pada kedalaman 200 m.
c).Daerah batial, yaitu daerah dengan kedalaman 200-300 m.
d). Daerah abisal, yaitu daerah yang kedalamannya lebih dari 2000 m.
Daerah yang memiliki
keanekaragaman hayati tinggi adalah daerah litoral dan neritik. Karena banyak
cahaya matahari, di daerah ini banyak terdapat fitoplankton dan zooplankton
yang merupakan sumber makanan bagi organisme laut lainnya. Pada sinag hari
plankton bergerak menuju ke laipsan yang lebih dalam, sedangkan pada malam hari
bergerak menuju ke permukaan laut. Ikan-ikan mengikuti gerakan plankton
tersebut. Itulah sebabnya, para nelayan mencari ikan di malam hari. Di daerah batial atau dasar laut yang tidak ada cahaya hanya dihuni
oleh ikan-ikan khas, misalnya ikan yang dapat mengeluarkan cahaya. Umumnya
organisme yang hidup di daerah ini menunggu jatuhan bahan organik dari daerah
permukaan.
4.9.2 Vegetasi Pantai
Di perbatasan antara laut
dan darat terdapat daerah pasang surut. Tumbuhan ynag hidup di daerah pantai
harus menyesuaikan diri dengan hempasan gelombang. Biasanya tumbuhan yang ada
berupa tumbuhan menjalar dengan geragih yang panjang. Vegetasi pantai membentuk
formasi yang diberi nama sesuai dengan tumbuhanyangdominan.Pada pantai yang
landai biasanya terdapat daerah pasang surut yang berlumpur. Daerah ini
membentuk hutan bakau yang disebut dengan mangrove. Tumbuhan yang terdapat di
mangrove misalnya Avicennia, Rhizophora, Achantus, Cerbera, Bruguiera, dan
Ceriops. Mangrove yang dasarnya koral berpasir umumnya didominasi oleh Sooeratiaalba.
Semua pohon di daerah
mangrove mempunyai akar yang khas. Ada yang berakar napas seperti Avicennia dan
Sonneratia. Ada yang berakar jangkar untuk menahan pengaruh pasang surut. Di muara sungai dikenal ekosistem
pantai lumpur (mangrove) terutama di Jawa, Sumatera,Kalimantan,dan Irian.Jenis-jenis tumbuhan yang mendominasi adalah Avicennia dan
Sonneratia. Di pantai selatan Jawa, Bali, dan NTT, pantai barat Sumatera, dan
kepulauan Maluku terdapat ekosistem pantai batu. Vegetasi umumnya adalah
ganggang laut, di antaranya Euchema, Sargasum, dan Gellidium. Di perairan
jernih, terbentuk terumbu karang. Indonesia memiliki terumbu karang dengan
kenanekaragaman tinggi yang tergolog kelas dunia misalnya di Bunaken, Teluk
Cendrawasih, dan Kepulauan Natuna.
5. MANFAAT KEANEKARAGAMAN HAYATI
BAGI KELANGSUNGAN HIDUP MANUSIA
Pemanfaatan keanekaragaman
hayati bagimasyarakat harus secara berkelanjutan. Yang dimaksud dengan manfaat
yang berkelajutan adalah manfaat yang tidak hanya untuk generasi sekarang
tetapi juga untuk generasi yang akan datang.
5.1 Sebagai Sumber Pangan, Perumahan, dan Kesehatan
Kehidupan manusia yang
bergantung pada keanekaragaman hayati. Hewan dan tumbuhan yang kita manfaatkan
saat ini (misalnya ayam, kambing, padi, jagung) pada zaman dahulu juga
merupakan hewan dan tumbuhan liar, yang kemudian dibudidayakan. Hewan dan
tumbuhan liar itu dibudidayakan karena memiliki sifat-sifat unggul yang
diharapkan manusia. Sebagai contoh, ayam dibudidayakan karena menghasilkan
telur dan daging. Padi dibudidayakan karena menghasilkan beras. Beberapa contoh
tumbuhan dan hewan yang memiliki peranan penting untuk memenuhi kebutuhan
pangan, perumahan, dankesehatan,misalnya:
a). Pangan: berbagai
biji-bijian (padi, jagung, kedelai, kacang), berbagai umbi-umbian (ketela, singkong, suwek, garut, kentang), berbagai buah-buahan
(pisang, nangka, mangga, jeruk, rambutan), berbagai hewan ternak (ayam,
kambing, sapi).
b). Perumahan:kayu jati, sonokeling, meranti, kamfer.
c). Kesehatan: kunyit, kencur, temulawak, jahe, lengkuas.
b). Perumahan:kayu jati, sonokeling, meranti, kamfer.
c). Kesehatan: kunyit, kencur, temulawak, jahe, lengkuas.
5.2 Sebagai Sumber Pendapatan
Keanekaragaman hayati dapat
dijadikan sumber pendapatan. Misalnya untuk bahan baku industri, rempah-rempah,
dan perkebunan. Bahan baku industri misalnya kayu gaharu dan cendana untuk
industri kosmetik, teh dan kopi untuk industri minuman, gandum dan kedelai
untuk industri makanan, dan ubi kayu untuk menghasilkan alkohol. Rempah-rempah
misalnya lada, vanili, cabai, bumbu dapur. Perkebunan misalnya kelapa sawit dan
karet.
5.3 Sebagai Sumber Plasma Nutfah
Hewan, tumbuhan, dan
mikroba yang saat ini belum diketahui tidak perlu dimusnahkan, karena mungkin
saja di masa yang akan datang akan memiliki peranan yang sangat penting. Sebgai
contoh, tanaman mimba (Azadirachta indica),. Dahulu tanaman ini hanya merupakan
tanaman pagar, tetapi saat ini diketahui mengandung zat azadiktrakhtin yang
memiliki peranan sebagai anti hama dan anti bakteri. Adapula jenis ganggang
yang memiliki kendungan protein tinggi, yang dapat digunakan sebagai sumber
makanan masa depan, misalnya Chlorella.
Buah pace (mengkudu) yagn
semula tidak dimanfaatkan, sekarang diketahui memiliki khasiat untuk
meningkatkan kebugaran tubuh, mencegah dan mengobati
penyakit tekanan darah.Di hutan atau lingkungan kita, masih terdapat tumbuhan dan
hewan yang belum dibudidayakan, yang mungkin
memiliki sifat-sifat unggul. Itulah sebabnya dikatakan bahwa hutan merupakan
sumber plasma nutfah (sifat-sifat unggul). Siapa tahu kelak sifat-sifat unggul
itu dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia.
5.4 Manfaat Ekologi
Selain berfungsi untuk
menunjuang kehidupan manusia, keanekaragaman hayati memiliki peranan dalam
mempertahankan keberlanjutan ekosistem. Masing-masing jenis organisme memiliki
peranan dalam ekosistemnya. Peranan ini tidak dapat digantikan oleh jenis yang
lain. Sebagai contoh, burung hantu dan ular di ekosistem sawah merupakan
pemakan tikus. Jika kedua pemangsa ini dilenyapkan oleh manusia, maka tidak ada
yang mengontrol populasi tikus. Akibatnya perkembangbiakan tikus meningkat
cepat dan di mana-mana terjadi hama tikus.
Tumbuhan merupakan penghasil zat organik dan oksigen, yang dibutuhkan oleh organisme lain. Selain itu,
tumbuh-tumbuhan dapat membentuk humus, menyimpan air tanah, dan mencegah erosi. Keanekaragaman yang tinggi memperkokoh
ekosistem. Ekosistem dengan keanekaragaman yang rendah merupakan ekosistem yang
tidak stabil. Bagi manusia, keanekaragaman yang tinggi merupakan gudang
sifat-sifat unggul (plasma nutfah) untuk dimanfaatkan di kemudian hari.
5.4 Manfaat Keilmuan
Keanekaragaman hayati
merupakan lahan penelitian dan pengembangan ilmu yang sangat berguna untuk
kehidupan manusia.
5.5 Manfaat Keindahan
Keindahan alam tidak
terletak pada keseragaman tetapi pada keanekaragaman. Bayangkan bila halaman
rumah kita hanya ditanami satu jenis tanaman saja, apakah indah? Tentu saja
akan lebih indah apabila ditanami berbagai tanaman seperti mawar,
melati,anggrek,rumput,palem.Kini kita sadari bahwa begitu banyak manfaat
keanekaragaman hayati dalam hidup kita. Pemanfaatannya yang begitu banyak dan
beragam tentu saja dapat mengancam kelestariannya. Untuk itu kita harus
bijaksana dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati, dengan mempertimbangkan
aspek manfaat dan aspek kelestariannya.
6. KONSERVASI (PERLINDUNGAN) KEANEKARAGAMAN HAYATI
Konservasi keanekaragaman
hayati atau biodiversitas sudah menjadi kesepakatan internasional. Objek
keanekaragaman hayati yang dilindungi terutama kekayaan jenis tumbuhan (flora)
dan kekayaan jenis hewan (fauna) serta mikroorganisme misalnya bakteri dan
jamur. Perlu diingat bahwa yang termasuk flora tidak hanya tumbuhan yang
berbunga yang sehari-hari kita lihat tetapi juga lumut dan paku-pakuan.
Demikian pula dengan fauna, tidak saja mencakup binatang mamalia tetapi juga
ikan, burung, dan serangga.Tempat perlindungan keanekaragaman hayati di
Indonesia telah diresmikan oleh pemerintah. Lokasi perlindungan tersebut
misalnya berupa Taman Nasional, Cagar Alam, Hutan Wisata, Taman Hutan Raya,
Taman Laut, Wana Wisata, Hutan Lindung, dan Kebun Raya. Tempat-tempat tersebut
memiliki makna yang berbeda-beda meskipun fungsinya sama yaitu untuk tujuan
konservasi.
6.1 Taman Nasional
Taman nasional adalah
kawasan konservasi alam dengan ciri khas tertentu baik di darat maupun di
perairan. Taman nasional memiliki fungsi ganda, yaitu perlindungan terhadap
sistem penyangga kehidupan dan perlindungan jenis tumbuhan dan hewan serta
pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Taman nasional juga
penting untuk ilmu pengetahuan, pendidikan, budaya, dan rekreasi alam.
Biodiversitas di Indonesia yang unik dan dilindungi terutama di taman nasional.
Beberapa taman nasional yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut.
6.1.1 Taman Nasional Gunung Leuseur
Taman Nasional (TN) ini terletak di
Provinsi Sumatera Utara dan Propinsi Daerah istimewa Aceh, dengan ketinggian 0
– 3.381 m di atas permukaan laut (dpl), dengan luas 1.095.192 ha. Di TN Gunung
Leuseur sekurang-kurangnya ada 50 jenis anggota famili Dipterocarpaceae
(meranti, keruing, kapur). Beberapa jenis buah-buahan antara lain jeruk hutan
(Citrus macroptera), durian hutan (Durio exyleyanus), menteng (Baccaurea
racemosa), buah limus (Mangifera foetida), rukem (Flacuoritia rukam), serta
flora langka Rafflesia arnoldii var. atjehensis, dan Johannesteisjmannia
altifrons (sejenis palem). Dari kelompok fauna ada 89 jenis satwa langka yang
dilindungi, antara lain: gajah (Elephas maximus), beruang malaya (Ursus
malayanus), harimau sumatera, badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis),
orangutan sumatera (Pongo pygmaeus), macan akar, burung kuda, kambing sumba,
itik liar, dan tapir (Tapirus indicus).
6.1.2 Taman Nasional Kerinci Seblat
Taman Nasional ini terletak
membentang di empat propinsi yaitu, Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
dan Bengkulu. Luasnya 1.484.650 ha dengan ketinggian 0-3800 m dpl.Jenis-jenis
flora yang ada terutama famili Dipteropaceae, Leguminosae, dan Liana. Jenis
flora langka yang terkenal adalah bunga bangkai (Anorhophallus titanium) dan
Rafflesia arnoldii. Jenis-jenis lain adalah palem (Livistona altissima),
anggrek (Bilbophyllum sp.,Dendrobium sp.), pasang (Quercus), kismis (Podocarpussp.).
Jenis-jenis fauna di Taman
Nasional ini sebanyak 36 jenis dan 24 jenis diantaranya dilindungi. Jenis-jenis
satwa tersebut antara lain tapir, simpoi bangka, ungko, kelinci hutan, landak,
tikus hutan, babi batang, berang-berang, badak sumatera, gajah, harimau
sumatera, harimau kombang, siamang, kera ekor panjang, kancil, mucak, rusa,
serta jenis-jenis burung dan reptilia.TN Kerinci Seblat merupakan gudang plasma
nutfah di kawasan Indonesia Barat.
6.1.3 Taman Nasional Bukit Barisan Selatan
Luas kawasan ini 356.800
ha, membentang dari ujung selatan propinsi Bengkulu sampai ujung seletan
propinsi Lampung.Kawasan ini merupakan kawasan konservasi untuk tujuan
penelitian dan pendidikan karena potensi flora dan faunanya yang spesifik.
Jenis-jenis flora penyusunnya adalah meranti (Shorea spp.), keruing
(Dipterocarpus), pengarawang (Hopea spp.), pasang (Quercus spp), bayur
(Pterospermm spp.), damar (Agathis alba), kemiri (Aleurites moluccana), dan
temu-temuan (Zingiberaceae). Juga cemara gunung (Cassuarina equisetifolia),
mengkudu (Morinda citrifolia) serta bunga langka yang sangat terkenal yaitu
Rafflesia arnoldii.
Jenis-jenis mamalia yang
ada misalnya owa, babi, rusa, kijang, gajah, tapir, kambing hutan, kerbau liar,
ajak, harimau sumatera, beruang madu, badak sumatera, macan tutul, landak,
trenggiling. Jenis reptilia misalnya ular sanca, dan jenis-jenis burung
misalnya rangkong, dara laut, raja udang, bangau putih, bangau tong-tong,
gangsa laut.
6.1.4 Taman Nasional Ujung Kulon
Taman Nasional Ujungkulon
terletak di ujung paling barat Pulau Jawa. TN ini merupakan ekosistem hutan
daratan rendah di Plau Jawa. TN ini merupakan habitat terakhir dari hewan-hewan
yang terancam punah, seperti badak bercula satu (Rhinoceros sundanicus),
banteng (Bos sondanicus), owa jawa (Hylobathes moloch), harimau loreng
(Panthera tigris), dan surili (Presbytis aygula).
6.1.5 Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango
Kawasan TN ini terletak di
kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi, dengan luas 15.196 ha. TN ini mewakili
hutan-hutan tropis pengunungan di Jawa. Karena itu jenis-jenis ekosistemnya
adalah hutan submontane (100-1500 m dpl), hutan montae (1.500-2.400 m dpl),
serta subalpine (lebih dari 2.400 m dpl). Karena iklimnya lembap, maka kawasan
ini didominasi oleh jenis paku-pakuan misalnya Hymmenophyllaceae, Gleishenia,
Gauthenisa, dan semak Rhododendron. Pohon raksasa yang ada adalah rasamala
(Altingia exelsa) yang dapat mencapai ketinggian 60 m. Bunga abadi yang tak
pernah layu terdapat di zona subalpine ialah Anapalic javanica.
Satwa yang masih ada disini adalah owa jawa yang endemik (tidak terdapat di daerah lain), surili, kera, lutung, dan macan tutul.
Satwa yang masih ada disini adalah owa jawa yang endemik (tidak terdapat di daerah lain), surili, kera, lutung, dan macan tutul.
6.1.6 Taman Nasional Kepulauan Seribu
Terletak di Kepulauan
Seribu, jumlah pulaunya 85 buah dengan luas 256 ha. Ekosistem yang unik yang
dilindungi di TN ini adalah ekosistem terumbu karang.
6.1.7 Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru
Luasnya 58.00 ha, terletak
antara 100-3676 dpl., membentang di Kabupaten Probolinggo, Malang, pasuruan,
dan lumajang, Jawa Timur.Jenis tumbuhan yang spesifik adalah cemara gunug.Jenis
fauna yang dilindungi adalah babi utan, kijang, kera, ayam hutan, rusa, ajak,
dan macan tutul.
6.1.8 Taman Nasional Meru Betiri
Taman Nasional yang
terletak di Jember Selatan ini merupakan habitat terakhir dari harimau lorang
jawa yang terancam punah. Satwa lain yang dilindungi adalah penyu karet, penyu
belimbing, kancil, kijang, rangkong, dan merak. Di sini terdapat pula flora
langka yang dilindungi yaitu Rafflesia zolingeri dan Balanophora fungosa.
6.1.9 Taman Nasional Baluran
Luas TN ini adalah 23.713
ha, terletak di ujung timur Pulau Jawa. TN ini merupakan contoh ekosistem
daratan tendah kering, dengan musim kering yang panjang antara 4 -9 bulan.
Kekayaan floranya mencapai 422 spesies. Jenis tanaman langka di kawasan ini
adlah dadap biru (Erythrina eudophylla). Di TN ini juga terdapat tanaman yang
tahan panas misalnya pilang, kosambi, eidoro, kemloko, asam, nimba, klampis,
talok, kemiri, wungur dan laban.Fauna yang terdapat di TN Baluran antara lain
ular piton, buaya, banteng, rusa, kerbau liar, kijang, babi hutan, ajak, macan
tutul, dan linsang.
6.1.10 Taman Nasional Bali Barat
Terletak di Kabupaten Jembrana dan
Buleleng, dengan luas 77.727 ha.
TN Bali Barat merupakan habitat hutan alami murni sawo kecik (Manilkara kauki).
Faunanya yang paling khas dan perlu dilindungi karena terancam punah adalah jalak bali putih. Fauna lain yang ada di dalam TN ini adalah menjangan, muncak, kera hitam, trenggiling, landak, penyu, pelatuk, ayam hutan dan kepodang.
TN Bali Barat merupakan habitat hutan alami murni sawo kecik (Manilkara kauki).
Faunanya yang paling khas dan perlu dilindungi karena terancam punah adalah jalak bali putih. Fauna lain yang ada di dalam TN ini adalah menjangan, muncak, kera hitam, trenggiling, landak, penyu, pelatuk, ayam hutan dan kepodang.
6.1.11 Taman Nasional Komodo
TN Komodo terletak di Pulau
Komodo, Rinca, Podan, Gilimotong dan pulau-pulau kecil lainnya, yang semuanya
terletak di propinsi NTT. Kawasan ini beriklim muson dan kering, sehingga
vegetasinya merupakan perwakilan Indonesia bagian timur.
Flora yang dilindungi adalah kayu hitam (Diospyros javanica) dan bayur (Pterospermum diversifolium).Satwa yang khas adalah komodo, binatang purba yang hanya terdapat di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, di bagian barat Pulau Flores.
Flora yang dilindungi adalah kayu hitam (Diospyros javanica) dan bayur (Pterospermum diversifolium).Satwa yang khas adalah komodo, binatang purba yang hanya terdapat di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, di bagian barat Pulau Flores.
6.1.12 Taman Nasional Tanjung Puting
Luas kawasan TN Tanjung
Puting adalah 305.000 ha, terletak di Kabupaten Kotawaringin Barat dan
Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Kawasan ini berada di dataran rendah dan
berawa-rawa dengan iklim basah.Jenis tanaman yang ada di kawasan ini misalnya
Gluta renghas (tanaman mengandung getah yang merusak saraf) dan durian (Durio
spp.).Fauna yang populasinya masih banyak adalah orang utan, lutung merah,
kancil, muncak, kucing hutan, musang.Taman Nasional Tanjung Puting merupakan
pusat rehabilitasi orang utan. Rehabilitasi tersebut adalah untuk mempersiapkan
orang utan senelum dilepas agar padat bertahan hidup.
6.1.13 Taman Nasional Lore Lindu
Terletak di Sulawesi
Tengah, dekat dengan kota Palu, luasnya 222.178 ha, dengan ketinggian 500-2610
dpl. Tercatat ada 64 jenis flora yang diketahui dan didominasi oleh rotan
(Calamus sp.) dan pinang (Pinanga sp.).Mamalia yang paling banyak adalah anoa
(Anoa sp.) yang dilindungi. Jenis-jenis hewan endemik ada 27 jenis terutama
dari famili Muridae dan Scuridae (bajing).
6.2 Cagar Alam
Cagar alam adalah kawasan
suaka alam yang mempunyai ciri khas tumbuhan, satwa dan ekosistem, yang
perkembangannya diserahkan kepada alam.
6.3 Hutan Wisata
Hutan wisata adalah kawasan
hutan yang karena keadaan dan sifat wilayahnya perlu dibina dan dipertahankan
sebagai hutan, yang dapat dimanfaatkan bagi kepentingan pendidikan, konservasi
alam, dan rekreasi. Misalnya Hutan Wisata Pangandaran.
6.4 Taman Hutan Raya (Tahura)
Taman hutan raya adalah
kawasan konservasi alam yang terutama dimanfaatkan untuk koleksi tumbuhan dan
hewan, alami atau non-alami, jenis asli atau pendatang, yang berguna untuk
perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, kebudayaan, dan rekreasi. Tahura ini
dapat disebut sebagai taman propinsi. Misalnya Pulau Sempu di Jawa Timur.
6.5 Taman Laut
Taman laut adalah wilayah
lautan yang mempunyai ciri khas berupa keindahan alam atau keunikan alam yang
ditunjuk sebagai kawasan konservasi alam, yang diperuntukkan guna meilindungi
plasma nutfah lautan. Misalnya Taman Laut Bunaken di Sulawesi Utara.
6.6 Wana Wisata
Wana wisata adalah kawasan hutan yang
disamping fungi utamanya sebagai hutan produksi, juga dimanfaatkan sebagai
objek wisata hutan.
6.7 Hutan Lindung
Hutan lindung adalah
kawasan hutan alam yang biasanya terletak di daerah pegunungan yang
dikonservasikan untuk tujuan melindungi lahan agar tidak tererosi dan untuk
mengatur tata air.
6.8 Kebun Raya
Kebun raya adalah kumpulan
tumbuh-tumbuhan disuatu tempat, dan tumbuh-tumbuhan terseubut berasal dari
berbagai daerah yang ditanam untuk tujuan konservasi, ilmu pengetahuan, dan
rekreasi. Misalnya Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Purwodadi.Selain tempat-tempat yang telah disebutkan di atas yang
memang ditetapkan oleh pemerintah sebagai tempat konservasi, sebenarnya
masyarakat pun dapat berpartisipasi dalam pelestarian keanekaragaman hayati.
Bentuk pertisipasi masyarakat dalam pelestarian keanekaragaman hayati misalnya:
a) Memperkaya koleksi tanaman di pekarangan rumah
b) Tidak membunuh burung dan hewan-hewan lainnya
c) Tidak membuang limbah sembarangan, terutama limbah pabrik, limbah
rumah tangga, dan limbah pestisida
karena dapat membahayakan kehidupan flora dan fauna.
7. DAMPAK KEGIATAN MANUSIA TERHADAP KEANEKARAGAMAN
HAYATI
7.1 Aktifitas Manusia Dapat Menurunkan Keanekaragaman Hayati
Aktifitas manusia dapat menurunkan
keanekaragaman hayati. Hingga saat ini, berbagai jenis tumbuhan dan hewan
terancam punah dan beberapa di antaranya telah punah. Sebagai contoh, Australia
selama 20 tahun telah kehilangan 41 jenis mamalia, 18 jenis burung, reptilia,
ikan, dan katak, 200 jenis invertebrata, dan 209 jenis tumbuhan.
Sementara itu, Indonesia kehilangan beberapa satwa penting, misalnya harimau bali. Saat ini hewan tersebut tidak pernah ditemukan lagi keberadaannya, alias kemungkinan sudah punah. Hewan-hewan seperti badak bercula satu, jalak bali, dan trenggiling juga terancam punah. Belum lagi beberapa jenis serangga, hewan melata, ikan, dan hewan air, yang sudah tidak ditemukan lagi di lingkungan kita.
Kepunahan keanekaragaman hayati diduga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
Sementara itu, Indonesia kehilangan beberapa satwa penting, misalnya harimau bali. Saat ini hewan tersebut tidak pernah ditemukan lagi keberadaannya, alias kemungkinan sudah punah. Hewan-hewan seperti badak bercula satu, jalak bali, dan trenggiling juga terancam punah. Belum lagi beberapa jenis serangga, hewan melata, ikan, dan hewan air, yang sudah tidak ditemukan lagi di lingkungan kita.
Kepunahan keanekaragaman hayati diduga disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut:
7.1.1 Perusakan Habitat
Habitat didefinisikan
sebagai daerah tempat tinggal organisme. Kekurangan habitat diyakini manjadi
penyebab utama kepunahan organisme. Jika habitat rusak maka organisme tidak
memiliki tempat yang cocok untuk hidupnya. Kerusakan habitat dapat diakibatkan
karena ekosistem diubah fungsinya oleh manusia, misalnya hutan ditebang
dijadikan lahan pertanian, pemukiman dan akhirnya tumbuh menjadi perkotaan.
Kegiatan manusia tersebut mengakibatkan menurunnya keanekaragaman ekosistem ,jenis, dangen.Selain akibat
aktifitas manusia, kerusakan habitat juga dapat diakibatkan oleh bencana alam
misalnya kebakaran, gunung meletus, dan banjir.
Perusakan terumbu karang di
laut juga dapat menurunkan keanekaragaman ayati laut. Ikan-ikan serta biota
laut yang hidup bersembunyi di dalam terumbu karangtidak dapat lagi hidup
dengan terntram, beberapa di antaranya tidak dapat menetaskan telurnya karena
terumbu karang yang rusak. Menurunnya populasi ikan akan merugikan nelayan dan
mengakibatkan harga ikan meningkat. Kehidupan para nelayan menjadi terganggu.
7.1.2 Penggunaan Pestisida
Yang termasuk pestisida
misalnya insektisida, herbisida, dan fungisida. Pestisida yang sebenarnya hanya
untuk membunuh organisme penggangu (hama), pada kenyataannya menyebar ke
lingkungan dan meracuni mikroba, jamur, hewan, dan tumbuhan lainnya.
7.1.3 Pencemaran
Bahan pencemar juga dapat
membunuh mikroba, jamur, hewan dan tumbuhan penting. Bahan pencemar dapat
berasal dari limbah pabrik dan limbah rumah tangga.
7.1.4 Perubahan Tipe Tumbuhan
Tumbuhan merupakan produser di dalam
ekosistem. Perubahan tipe tumbuhan misalnya perubahan dari hutan hujan tropik
menjadi hutan produksi dapat mengakibatkan hilangnya tumbuh-tumbuhan liar
penting. Hilangnya jenis-jenis tumbuhan tertentu dapat menyebabkan hilangnya
hewan-hewan yang hidup bergantung pada tumbuhan tersebut.
7.1.5 Masuknya Jenis Tumbuhan dan Hewan Liar
Tumbuhan atau hewan liar
yang masuk ke ekosistem dapat berkompetisi bahkan membunuh tumbuhan dan hewan
asli.
7.1.6 Penebangan
Penebangan hutan tidak
hanya menghilangkan pohon yang sengaja ditebang, tetapi juga merusak
pohon-pohon lain yang ada di sekelilingnya. Kerusakan berbagai tumbuh-tumbuhan
karena penebangan akan mengakibatkan hilangnya hewan. Jadi, penebangan akan
menurunkan plasma nutfah.
7.1.7 Seleksi
Secara tidak sengaja
perilaku kita mempercepat kepunahan oraganisme. Sebagai contoh, kita sering
hanya menanam tanaman yang kita anggap unggul misalnya mangga gadung, mangga
manalagi, jambu bangkok. Sebaliknya kita menghilangkan tanaman yang kita anggap
kurang unggul, misalnya mangga golek, nangkaceleng.Menurunnya keanekaragaman
hayati menimbulkan masalah lingkungan yang akhirnya merugikan manusia.
Misalnya, penebangan hutan mengakibatkan banjir. Hewan-hewan yang hidup di
dalam hutan misalnya babi hutan, gajah, kera, menyerang lahan pertanian
penduduk karena habitat mereka semakin sempit, dan makanan mereka semakin
berkurang.
Menurunnya populasi
serangga pemangsa (predator) karena disemprot dengan insektisida mengakibatkan
terjadinya ledakan populasi serangga yang dimangsa. Jika serangga ini memakan
tanaman pertanian, maka ledakan serangga tersebut sangat merugikan petani.
7.2 Aktifitas Manusia yang Meningkatkan Keanekaragaman Hayati
Tidak semua aktifitas manusia berakibat
menurunkan keanekaragaman hayati. Ada juga aktivitas yang justru meningkatkan
keanekaragaman hayati.
7.2.1 Penghijauan
Kegiatan penghijauan
meningkatkan keanekaragaman hayati. Kegiatan penghijauan tidak hanya menanam
tetapi yang lebih penting adalah merawat tanaman setelah ditanam.
7.2.2 Pembuatan Taman Kota
Pembuatan taman-taman kota
selain meningkatkan kandungan oksigen, menurunkan suhu lingkungan, mamberi
keindahan, juga meningkatkan keanekaragaman hayati.
7.2.3 Pemuliaan
Pemuliaan adalah usaha membuat varietas
unggul dengan cara melakukan perkawinan silang. Usaha pemuliaan akan
menghasilkan varian baru. Oleh sebab itu pemuliaan hewan dan tumbuhan dapat
berfungsi meningkatkan keanekaragaman gen.
7.3 Aktifitas Manusia untuk Melestarikan Keanekaragaman Hayati
Hewan atau tumbuhan langka dan rawan punah dapat dilestarikan dengan
pembiakan secara in situ dan ex situ.
a) Pembiakan secara in situ adalah pembiakan di dalam habitat
aslinya. Misalnya mendirikan Cagar Alam Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo.
b).Pembiakan secara ex situ adalah pembiakan di luar habitat aslinya, namun suasana lingkungan dibuat mirip dengan aslinya. Misal penangkaran hewan di kebun binatang (harimau, gajah, burung jalak bali.
b).Pembiakan secara ex situ adalah pembiakan di luar habitat aslinya, namun suasana lingkungan dibuat mirip dengan aslinya. Misal penangkaran hewan di kebun binatang (harimau, gajah, burung jalak bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar