SINTESIS ASAM AMINO
Sintesis protein di dalam sel tersusun atas asam amino dan
terjadi dengan melibatkan DNA, RNA dan ribosom. Suatu ikatan molekul peptida
terbentuk apabila gugus amino dari satu asam amino berikatan dengan gugus
karboksil dari asam amino lain. Secara berurutan, apabila dua asam amino
bergabung, maka akan terbentuk molekul dipeptida, bila tiga asam amino
berikatan, maka akan terbentuk molekul tripeptida, dan seterusnya. Dengan
demikian, apabila terjadi penggabungan asam amino dalam jumlah besar, maka akan
terbentuk molekul yang disebut sebagai polipeptida. Pada dasarnya, protein
adalah suatu polipeptida. Setiap sel dari organisme berkemampuan untuk
mensintesis protein-protein tertentu yang sesuai dengan keperluannya. Sintesis
protein dalam sel dapat terjadi, karena pada inti sel terdapat suatu zat
(substansi) yang berperan penting sebagai pengatur sintesis protein sel.
Substansi-substansi tersebut adalah DNA dan RNA.
Semua jaringan memiliki kemampuan beberapa untuk sintesis
dari asam amino
esensial-tidak , remodeling asam amino, dan konversi asam amino non
karbon-kerangka menjadi asam amino dan turunan lainnya yang mengandung
nitrogen. Namun, hati adalah situs utama dari metabolisme
nitrogen dalam tubuh. Pada saat surplus makanan, racun yang
berpotensi nitrogen asam amino dieliminasi melalui transaminations, deaminasi,
dan pembentukan urea, kerangka karbon umumnya dilestarikan sebagai karbohidrat,
melalui glukoneogenesis
, atau sebagai asam lemak melalui sintesis asam
lemak jalur. Dalam hal ini asam amino yang
terbagi dalam tiga kategori: glucogenic, ketogenic, atau glucogenic
dan ketogenic. asam amino Glucogenic adalah
mereka yang menimbulkan produksi bersih piruvat atau siklus TCA
perantara, seperti α-ketoglutarate atau oksaloasetat, yang semuanya prekursor
untuk glukosa melalui glukoneogenesis.
Semua asam amino lisin dan leusin kecuali setidaknya sebagian glucogenic. Lisin dan
leusin adalah satu-satunya asam amino yang bertanggung ketogenic, sehingga
menimbulkan hanya untuk acetylCoA atau acetoacetylCoA, baik yang dapat membawa
glukosa produksi bersih sekitar.
Sekelompok kecil asam amino terdiri dari isoleusin,
fenilalanin, treonin, triptofan, dan tirosin menimbulkan prekursor dan asam
lemak glukosa baik dan karena itu ditandai sebagai glucogenic dan ketogenic. Akhirnya, harus diakui bahwa asam
amino memiliki nasib yang mungkin ketiga. Selama masa kelaparan kerangka karbon yang dikurangi digunakan untuk
produksi energi, dengan hasil bahwa dioksidasi menjadi CO 2 dan H 2
O.
Kira-kira 75% asam amino digunakan
untuk sintesis protein. Asam-asam amino dapat diperoleh dari protein yang kita
makan atau dari hasil degradasi protein di dalam tubuh kita. Degradasi ini
merupakan proses kontinu. Karena protein di dalam tubuh secara terus menerus
diganti (protein turnover). Contoh
dari protein turnover, tercantum pada
tabel berikut.
Asam-asam amino juga menyediakan kebutuhan nitrogen untuk:
- Struktur basa nitrogen DNA dan RNA
- Heme dan struktur lain yang serupa
seperti mioglobin, hemoglobin, sitokrom, enzim dll.
- Asetilkolin dan neurotransmitter
lainnya.
- Hormon dan fosfolipid
Selain menyediakan kebutuhan nitrogen, asam-asam amino dapat
juga digunakan sebagai sumber energi jika nitrogen dilepas.
Jalur metabolik utama dari asam amino
Jalur
metabolik utama dari asam-asam amino terdiri atas pertama, produksi asam amino
dari pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet serta sintesis asam amino
di hati. Kedua, pengambilan nitrogen dari asam amino. Sedangkan ketiga adalah
katabolisme asam amino menjadi energi melalui siklus asam serta siklus urea
sebagai proses pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino. Keempat adalah
sintesis protein dari asam-asam amino.
Katabolisme asam amino
Asam-asam
amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam amino berlebihan atau
terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan protein), tubuh akan
menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat dan
lipid, asam amino memerlukan pelepasan gugus amin. Gugus amin ini kemudian
dibuang karena bersifat toksik bagi tubuh.
Ada 2 tahap pelepasan gugus amin
dari asam amino, yaitu:
1.
Transaminasi
Enzim aminotransferase memindahkan
amin kepada α-ketoglutarat menghasilkan glutamat atau kepada oksaloasetat
menghasilkan aspartat
2.
Deaminasi
oksidatif
Pelepasan amin dari glutamat
menghasilkan ion amonium
Gugus-gugus amin dilepaskan menjadi
ion amonium (NH4+) yang selanjutnya masuk ke dalam siklus
urea di hati. Dalam siklus ini dihasilkan urea yang selanjutnya dibuang melalui
ginjal berupa urin. Proses yang terjadi di dalam siklus urea digambarkan
terdiri atas beberapa tahap yaitu:
1.
Dengan
peran enzim karbamoil fosfat sintase I, ion amonium bereaksi dengan CO2
menghasilkan karbamoil fosfat. Dalam raksi ini diperlukan energi dari ATP
2.
Dengan
peran enzim ornitin transkarbamoilase, karbamoil fosfat bereaksi dengan
L-ornitin menghasilkan L-sitrulin dan gugus fosfat dilepaskan
3.
Dengan
peran enzim argininosuksinat sintase, L-sitrulin bereaksi dengan L-aspartat
menghasilkan L-argininosuksinat. Reaksi ini membutuhkan energi dari ATP
4.
Dengan
peran enzim argininosuksinat liase, L-argininosuksinat dipecah menjadi fumarat
dan L-arginin
5.
Dengan
peran enzim arginase, penambahan H2O terhadap L-arginin akan
menghasilkan L-ornitin dan urea.
Sintesis asam amino
Semua
jaringan memiliki kemampuan untuk men-sintesis asam amino non esensial,
melakukan remodeling asam amino, serta mengubah rangka karbon non asam amino
menjadi asam amino dan turunan lain yang mengandung nitrogen. Tetapi, hati
merupakan tempat utama metabolisme nitrogen. Dalam kondisi surplus diet,
nitrogen toksik potensial dari asam amino dikeluarkan melalui transaminasi,
deaminasi dan pembentukan urea. Rangka karbon umumnya diubah menjadi
karbohidrat melalui jalur glukoneogenesis, atau menjadi asam lemak melalui
jalur sintesis asam lemak. Berkaitan dengan hal ini, asam amino dikelompokkan
menjadi 3 kategori yaitu asam amino glukogenik, ketogenik serta glukogenik dan
ketogenik.
Asam amino glukogenik adalah
asam-asam amino yang dapat masuk ke jalur produksi piruvat atau intermediat
siklus asam sitrat seperti α-ketoglutarat atau oksaloasetat. Semua asam amino
ini merupakan prekursor untuk glukosa melalui jalur glukoneogenesis. Semua asam
amino kecuali lisin dan leusin mengandung sifat glukogenik. Lisin dan leusin
adalah asam amino yang semata-mata ketogenik, yang hanya dapat masuk ke
intermediat asetil KoA atau asetoasetil KoA
Sekelompok
kecil asam amino yaitu isoleusin, fenilalanin, threonin, triptofan, dan tirosin
bersifat glukogenik dan ketogenik. Akhirnya, seharusnya kita kenal bahwa ada 3
kemungkinan penggunaan asam amino. Selama keadaan kelaparan pengurangan rangka
karbon digunakan untuk menghasilkan energi, dengan proses oksidasi menjadi CO2
dan H2O.
Dari 20 jenis asam amino, ada yang
tidak dapat disintesis oleh tubuh kita sehingga harus ada di dalam makanan yang
kita makan. Asam amino ini dinamakan asam amino esensial. Selebihnya adalah
asam amino yang dapat disintesis dari asam amino lain. Asam amino ini dinamakan
asam amino non-esensial.
Asam amino non-esensial
|
Alanine, Asparagine, Aspartate,
Cysteine, Glutamate, Glutamine, Glycine, Proline, Serine, Tyrosine
|
Asam amino esensial
|
Arginine*, Histidine, Isoleucine,
Leucine, Lysine, Methionine*, Phenylalanine*, Threonine, Tyrptophan, Valine
|
Aktivasi asam amino
Terjadi didalam sitosol, bukan pada
robosom masing-masing dari 20 asam amino ini diikat secara kovalen dengan suatu
RNA pemindah spesifik, dengan memenfaatkan energy ATP. Reaksi ini dikatalisis
oleh enzim pengaktif yang memerlukan Mg2+ sebagai kofaktor,
masing-masing spesifik bagi satu asam amino dan bagi tRNA nya.
RNA pemindah diperlukan bagi
aktivasi asam amino
Untuk memahami bagaimana RNA
pemindah dapat berperan sebagai adaptor dalam menerjemahkan bahasa asam nukleat
menjadi basa protein, pertama-tama kita harus mengamati strukturnya. RNA
pemindah terdiri dari satu molekul dan berukuran relative kecil. Pada bakteri
dan sitosol ekstramitokondrion, tRNA nya memiliki antara 73 dan 93 residu
nukleotida, dengan berat nmolekul antara 24.000 dan 31.000. Sedikitnya ada satu
jenis tRNA bagi setiap asam amino, beberapa asama amino memiliki dua atau lebih
tRNA spesifik. Minimal 32 tRNA diperlukan untuk mengenali semua kodon asam
amino, tetapi beberapa sel memiliki lebih dari 32. Banyak tRNA yang telah
diisolasi dalam bentuk homogen. Pada tahun 1965, setelah beberapa tahun
meneliti, Robert W. Holley dan koleganya di Universitas Cornell berhasil
mendapatkan urutan nukleotida tRNA alanin dari ragi secara sempurna. Ini adalah
asam nukleat pertama yang keseluruhannya dapat diurut, dan ditemukan mengandung
76 residu nukleotida, sepuluh diantaranya dalam bentuk termodifikasi. Sejak
itu, urutan basa tRNA lain bagi berbagai asam amino dan spesies lain telah
berhasil diperoleh dan telah membuka sejumlah denominator struktur. Delapan
atau lebih residu nukleotida semua tRNA dimiliki basa termodifikasi yang tidak
umum dijumpai, banyak diantaranya yang merupakan turunan metal dari basa
utamanya. Hampir semua tRNA memiliki residu asam guanilat (pG) pada ujung 5’
dan semua memiliki urutan trinukleotida –C-C-A(3’) pada ujung 3’.
Semua tRNA, bilamana dituliskan
dalam bentuk yang mengandung pemasangan basa intra rantai dalam jumlah maksimum
melalui pasangan yang diperbolehkan A-U, G-C, dan G-U, membentuk “daun semanggi
dengan empat tangan. tRNA yang terpanjang memiliki kelebihan tangan pendek ke
lima. Dua dari tangan-tangan ini berpartisipasi didalam fungsi adaptor tRNA.
Tangan asam amino dan tangan AA membawa asam amino spesifik yang berikatan
ester pada gugus karboksilnya dengan gugus 2’ atau 3’ hidroksil residu pada
ujung 3’ tRNA.
Pada tahap pertama biosintesis
protein, yang terjadi didalam sitosol sel, ke-20 jenis asam amino berikatan
ester dengan tRNA masing-masing dengan dikatalisis oleh 20 jenis enzim pengaktif,
yang dinamakan aminoasil-tRNAsintetase. Masing-masing spesifik bagi asam amino
dan tRNAnya. Hampir semua aminoasil-tRNAsintetase E.coli telah disiolasi oelh
jenis lain yang telah berhasil dikristalisasi.
Asam amino + tRNA + ATP + aminoasil-tRNA + AMP + PPi
Reaksi aktivasi terjadi dalam dua
tahap yang terpisah pada tempat katalitik enzim. Pada tahap pertama, suatu
senyawa yang terikat oleh enzim aminoasiladenilat dibentuk oleh reaksi ATP dan
asam amino pada tempat aktif. Pada reaksi ini, gugus karboksil pada asam amino
terikat oleh ikatan anhidrida dengan gugus 5’-Posfat AMP dengan pelepasan
pirofosfat.
Asam amino + ATP + E = E-(aminoasiladenilat) +PPi
Pada tahap yang terakhir ini, gugs aminoasil dipindahkan ke
gugus 2’ atau 3’ hidroksil pada residu terminal A molekul tRNA akan tetapi
sekali terikat aminoasil ini dapat loncat (bulak-balik) diantara gugus 2’ dan
3’ hidroksil
E-(aminoasiladenilat) + tRNA = aminoasil-tRNA + adenilat + E
Biosintesis glutamat dan aspartat
Glutamat
dan aspartat disintesis dari asam α-keto dengan reaksi tranaminasi sederhana.
Katalisator reaksi ini adalah enzim glutamat dehidrogenase dan selanjutnya oleh
aspartat aminotransferase, AST.
Aspartat juga diturunkan dari
asparagin dengan bantuan asparaginase. Peran penting glutamat adalah sebagai
donor amino intraseluler utama untuk reaksi transaminasi. Sedangkan aspartat
adalah sebagai prekursor ornitin untuk siklus urea.
Biosintesis alanin
Alanin
dipindahkan ke sirkulasi oleh berbagai jaringan, tetapi umumnya oleh otot.
Alanin dibentuk dari piruvat. Proses ini dinamakan siklus glukosa-alanin. Fitur
kunci dari siklus ini adalah bahwa dalam 1 molekul, alanin, jaringan perifer
mengekspor piruvat dan amonia ke hati, di mana rangka karbon didaur ulang dan
mayoritas nitrogen dieliminir.
Ada 2 jalur utama untuk memproduksi
alanin yaitu:
1.
Secara
langsung melalui degradasi protein
2.
Melalui
transaminasi piruvat dengan bantuan enzim alanin transaminase, ALT (juga
dikenal sebagai serum glutamat-piruvat transaminase, SGPT).
Glutamat + piruvat ßàα-ketoglutarat
+ alanin
Biosintesis
sistein
Sulfur
untuk sintesis sistein berasal dari metionin. Kondensasi dari ATP dan metionin
dikatalisis oleh enzim metionin adenosiltransfrease menghasilkan
S-adenosilmetionin (SAM).
SAM
merupakan precursor untuk sejumlah reaksi transfer metil (misalnya konversi
norepinefrin menjadi epinefrin). Akibat dari tranfer metil adalah perubahan SAM
menjadi S-adenosilhomosistein. S-adenosilhomosistein selanjutnya berubah
menjadi homosistein dan adenosin dengan bantuan enzim adenosilhomosisteinase.
Homosistein dapat diubah kembali menjadi metionin oleh metionin sintase.
Reaksi
transmetilasi melibatkan SAM sangatlah penting, tetapi dalam kasus ini peran
S-adenosilmetionin dalam transmetilasi adalah sekunder untuk produksi
homosistein (secara esensial oleh produk dari aktivitas transmetilase). Dalam
produksi SAM, semua fosfat dari ATP hilang: 1 sebagai Pi dan 2 sebagai Ppi.
Adenosin diubah menjadi metionin bukan AMP.
Dalam
sintesis sistein, homosistein berkondensasi dengan serin menghasilkan
sistationin dengan bantuan enzim sistationase. Selanjutnya dengan bantuan
enzim sistationin liase sistationin
diubah menjadi sistein dan α-ketobutirat. Gabungan dari 2 reaksi terakhir ini
dikenal sebagai trans-sulfurasi.
Biosintesis tirosin
Tirosin
diproduksi di dalam sel dengan hidroksilasi fenilalanin. Setengah dari
fenilalanin dibutuhkan untuk memproduksi tirosin. Jika diet kita kaya tirosin,
hal ini akan mengurangi kebutuhan fenilalanin sampai dengan 50%.
Fenilalanin hidroksilase adalah campuran
fungsi oksigenase: 1 atom oksigen digabungkan ke air dan lainnya ke gugus
hidroksil dari tirosin. Reduktan yang dihasilkan adalah tetrahidrofolat
kofaktor tetrahidrobiopterin, yang dipertahankan dalam status tereduksi oleh
NADH-dependent enzyme dihydropteridine reductase (DHPR).
Biosintesis ornitin dan prolin
Glutamat
adalah prekursor ornitin dan prolin. Dengan glutamat semialdehid menjadi
intermediat titik cabang menjadi satu dari 2 produk atau lainnya. Ornitin bukan
salah satu dari 20 asam amino yang digunakan untuk sintesis protein. Ornitin
memainkan peran signifikan sebagai akseptor karbamoil fosfat dalam siklus urea.
Ornitin memiliki peran penting tambahan sebagai prekursor untuk sintesis
poliamin. Produksi ornitin dari glutamat penting ketika diet arginin sebagai
sumber lain untuk ornitin terbatas.
Penggunaan
glutamat semialdehid tergantung kepada kondisi seluler. Produksi ornitin dari
semialdehid melalui reaksi glutamat-dependen transaminasi. ketika konsentrasi
arginin meningkat, ornitin didapatkan dari siklus urea ditambah dari glutamat
semialdehid yang menghambat reaksi aminotransferase. Hasilnya adalah akumulasi
semialdehid. Semialdehid didaur secara
spontan menjadi Δ1pyrroline-5-carboxylate yang kemudian direduksi
menjadi prolin oleh NADPH-dependent reductase.
Biosintesis serin
Jalur
utama untuk serin dimulai dari intermediat glikolitik 3-fosfogliserat.
NADH-linked dehidrogenase mengubah 3-fosfogliserat menjadi sebuah asam keto
yaitu 3-fosfopiruvat, sesuai untuk transaminasi subsekuen. Aktivitas
aminotransferase dengan glutamat sebagai
donor menghasilkan 3-fosfoserin, yang diubah menjadi serin oleh fosfoserin
fosfatase.
Biosintesis glisin
Jalur
utama untuk glisin adalah 1 tahap reaksi yang dikatalisis oleh serin
hidroksimetiltransferase. Reaksi ini melibatkan transfer gugus hidroksimetil
dari serin untuk kofaktor tetrahidrofolat (THF), menghasilkan glisin dan N5,
N10-metilen-THF.
Biosintesis aspartat, asparagin,
glutamat dan glutamin
Glutamat
disintesis dengan aminasi reduktif α-ketoglutarat yang dikatalisis oleh
glutamat dehidrogenase yang merupakan reaksi nitrogen-fixing. Glutamat juga
dihasilkan oleh reaksi aminotranferase, yang dalam hal ini nitrogen amino
diberikan oleh sejumlah asam amino lain. Sehingga, glutamat merupakan kolektor
umum nitrogen amino.
Aspartat
dibentuk dalam reaksi transaminasi yang dikatalisis oleh aspartat transaminase,
AST. Reaksi ini menggunakan analog asam α-keto aspartat, oksaloasetat, dan
glutamat sebagai donor amino. Aspartat juga dapat dibentuk dengan deaminasi
asparagin yang dikatalisis oleh asparaginase.
Asparagin
sintetase dan glutamin sintetase mengkatalisis produksi asparagin dan glutamin
dari asam α-amino yang sesuai. Glutamin dihasilkan dari glutamat dengan
inkorporasi langsung amonia dan ini merupakan reaksi fixing nitrogen lain.
Tetapi asparagin terbentuk oleh reaksi amidotransferase.
Kemosintesis
Kemosintesis terjadi pada organisme autotrof,
tepatnya kemo-autotrof, yang mampu menghasilkan senyawa organik yang
dibutuhkan dari zat-zat anorganik dengan bantuan energi kimia. Yang dimaksud
dengan energi kimia di sini adalah energi yang diperoleh dari suatu reaksi
kimia yang berasal dari reaksi oksidasi.
Bakteri
kemolitotrof adalah bakteri yang mendapatkan energi dari oksidasi elemen
atau senyawa anorganik, seperti ammonia, nitrit, sulfit, hidtrogen, dan
lain-lain. Beberapa contoh bakteri kemolitotrof antara lain : bakteri belerang,
bakteri besi, bakteri hydrogen.
Kemampuan mengadakan kemosintesis ini, terdapat pada mikroorganisme dan bakteri
autotrof. Bakteri Sulfur yang tidak berwarna memperoleh energi
dari proses oksidasi senyawa H2S. Jangan disamakan dengan bakteri sulfur yang
berwarna kelabu-keunguan yang mampu mengadakan fotosintesis karena memiliki
klorofil, dengan reaksi sebagai berikut:
CO2 + 2 H2S CH2O
+ 2 S +H2O
Bakteri besi memperoleh energi kimia dengan cara oksidasi Fe++ (Ferro)
menjadi Ferri. Bakteri Nitrogen dengan melakukan oksidasi senyawa
tertentu dapat memperoleh energi untuk mensintesis zat organik yang diperlukan.
Bakteri Nitrosomonasdan Nitrococcus memperoleh energi dengan cara
mengoksidasi NH3 yang telah membentuk senyawa amonium, yaitu amonium
karbonat menjadi asam nitrit, dengan reaksi:
BAKTERI N ( Nitrosomonas, Nitrococcus)
AMONIUM
è NITRIT è
Sumber
energi dapat diperoleh dari cahaya (bagi bakteri fototrof) maupun senyawa
organik hasil penguraian (bagi bakteri kemotrof). Bakteri fototrof mengandung
klorofil sehingga mereka mendapat energi melalui proses fotosintesis. Fototrof
dibedakan menjadi dua, yaitu fotoautotrof (fototrof yang mendapat karbon dari
CO2) dan fotoheterotrof (fototrof yang mendapat karbon dari senyawa
organik). Sedangkan bakteri kemotrof yang bergantung pada oksidasi
senyawa-senyawa kimia untuk memperoleh energinya dibagi menjadi dua, yaitu kemoorganotrof
dan kemolitotrof.
Bakteri
kemoorganotrof mendapatkan energi dari metabolisme senyawa-senyawa
organik, sedangkan kemolitotrof mendapat energi dari oksidasi elemen
atau senyawa anorganik, seperti ammonia, nitrit, sulfit, hidtrogen, dan
lain-lain. Kemolitotrof dibagi menjadi dua, yaitu autotrofik
kemolitotrof (kemolitotrof yang menggunakan karbon dioksida sebagai sumber
utama karbon) dan heterotrofik kemolitotrof (kemolititrof yang
mendapat sumber karbon dari senyawa organik).
Bakteri pengguna CO2 sebagai sumber karbon seluler
utama, ialah bakteri kemolitotrof dan fotolitotrof . Selain itu, kemoorganotrof
juga membutuhkan suplai CO2 yang memadai untuk fiksasi CO2 heterotrofik dan
untuk sintesis asam lemak. Karbon dioksida secara normal dihasilkan selama
katabolisme senyawa organik, oleh karena itu tidak dianggap sebagai faktor
pembatas. Beberapa bakteri, seperti Neisseria dan Brucella,
memiliki satu atau banyak enzim yang berafinitas rendah terhadap CO2 dan
membutuhkan CO2 pada konsentrasi yang lebih tinggi (10%) dibanding CO2 yang
terdapat di atmosfir (0,03%). Keadaan ini harus dipertimbangkan untuk
kepentingan isolasi dan biakan bakteri tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar